Sulistyowati Generasi Kedua Pembuat Kue Keranjang di Yogyakarta
Selasa, 17 Januari 2023 -
KUE keranjang selalu identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Kue keranjang ini selalu ada dalam upacara sembayangan maupun dibagikan pada perayaan Imlek.
Salah satu produsen kue keranjang di Kota Yogyakarta adalah Sulistyowati (77). Kue keranjang merk Lampion ini sudah diproduksi sejak tahun 1960 dan Sulistyowati menjadi generasi kedua pembuat kue yang berpusat di Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
Baca Juga:

Berbekal resep warisan sang ayah, Sulistyowati dan adiknya Sianiwati (73) setiap tahunnya selalu membuat kue keranjang berbagai ukuran. Kue-kue keranjang ini diproduksi sejak dua minggu sebelum perayaan Tahun Baru Imlek.
Kue keranjang buatan Sulistyowati ini sebagian besar merupakan pesanan langganan. Biasanya dua minggu atau seminggu jelang Tahun Baru Imlek, pelanggan mulai memesan kue keranjang.
Sulistyowati mengatakan dalam satu hari dia yang dibantu oleh enam orang pekerja, mengolah ratusan kilo gula dan tepung ketan menjadi kue keranjang. Sulistyowati menyebut perlu proses panjang untuk memproduksi kue keranjang.
"Masak bahannya sehari, pagi sampai malam. Besoknya baru dijemur. Kita bikinnya enggak hitungan bijian tapi kiloan. Sekilo dijual Rp46 ribu. Nanti tinggal ukurannya. Yang besar diameter 16 cm sekilo dapat satu. Yang ukuran sedang diameter 13 cm ya bisa dapat dua apa tiga buah sekilonya," ungkap Sulistyowati, Sabtu (14/1/2023) lalu.
"Bahan kue keranjang itu beras ketan sama gula. Kita pakai gula pasir bukan gula jawa. Bahannya kita pakai yang lokal semua. Saya beras ketannya pakai yang dalam yang bagus. Bagus lokal. Yang luar lebih murah tapi saya enggak mau pakai karena kualitas. Rasanya beda," jelas Sulistyowati.
Sulistyowati menjelaskan bahwa untuk memasak kue keranjang ini dia memilih untuk memakai kompor berbahan minyak tanah. Dipilihnya kompor itu karena untuk membuat kue keranjang dibutuhkan api yang stabil.
Baca Juga:
Uniknya Cara Makan Hidangan Imlek, Apa Sih Makna Seven Lucky Food?

"Saya masih pakai kompor minyak tanah. Dulu dibikin sama orangtua saya desainnya. Jadi agak beda dengan kompor lainnya. Pakai minyak tanah karena apinya lebih stabil daripada pakai gas. Butuh api yang stabil untuk mengolah bahan membuat kue keranjang," tutur Sulistyowati.
Sulistyowati menerangkan jika pembelian kue keranjang saat ini masih jauh dibandingkan permintaan saat sebelum pandemi COVID-19 lalu. Sulistyowati menerangkan jika biasanya dirinya menggunakan 10 pekerja untuk membantu, tahun ini hanya memakai enam pekerja saja.
Sulistyowati menuturkan jika sebelum pandemi, dirinya bisa memproduksi hingga mencapai dua ton kue keranjang. Sementara tahun ini dia memprediksi hanya bisa membuat satu ton kue keranjang saja.
"Ada penurunan. Belum seperti saat sebelum COVID-19 lalu. Mungkin karena faktor ekonomi belum membaik ya. Tapi sudah bersyukur karena saat pandemi dulu saya sempat tutup satu tahun di 2020. Ya karena takut penularan COVID-19 saat itu, makanya saya enggak buat," ucap Sulistyowati.
Sulistyowati mengatakan baginya kue keranjang ini seperti ketupat saat perayaan Idul Fitri, harus ada dalam perayaan Imlek. Sehingga dirinya pun terus memproduksi kue keranjang sejak masih membantu orangtuanya di tahun 1960-an hingga saat ini. Dia berharap agar usaha yang dirintis orangtuanya ini nantinya bisa diturunkan pada anaknya.
"Saya sudah sejak lama bikin kue keranjang. Dari bantu-bantu bapak sampai sekarang membikin sendiri sama adik. Saya berharap nanti usaha ini bisa diturunkan pada anak-anak saya. Semoga mereka mau meneruskan," harap Sulistyowati. (Cahyo/Yogyakarta)
Baca Juga:
Kebanyakan Makan Setelah Rayakan Sincia? Ini yang Harus Kamu Lakukan