Siap-Siap Hadapi Dunia yang Baru Usai Dilanda Wabah COVID-19

Minggu, 05 April 2020 - Iftinavia Pradinantia

VIRUS corona membuat umat manusia di seluruh belahan bumi menghadapi krisis global. Krisis ini mungkin menjadi yang terbesar yang bisa dialami generasi kita. Pemerintah di seluruh dunia sepakat untuk melakukan social distancing atau yang terekstrem lockdown untuk beberapa minggu ke depan.

Untuk menghentikan epidemi ini, seluruh populasi dari berbagai benua harus mematuhi pedoman tertentu. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah manusia dimana hal tersebut bukan hanya diharapkan berhasil mengendalikan kekacauan yang disebabkan oleh virus tetapi juga kekacauan yang seringkali disebabkan oleh manusia itu sendiri.

Baca Juga:

Bisakah Hewan Peliharaan Terinfeksi COVID-19

kota
Keadaan bumi saat wabah COVID-19 (Foto: Unsplash/Victor He)

"Ya, badai akan berlalu, umat manusia akan selamat, sebagian besar dari kita masih hidup tetapi kita akan mendiami dunia yang berbeda," ujar Penulis Yuval Noah Harari. Ia menuturkan bahwa virus corona tidak hanya akan membentuk sistem kesehatan tetapi juga mengubah ekonomi, politik, dan budaya.

"Apa yang terjadi ketika semua orang bekerja dari rumah dan berkomunikasi hanya dari kejauhan? Apa yang terjadi ketika seluruh sekolah dan universitas diselenggarakan secara daring? Pada masa normal, pemerintah, pebisnis hingga dewan pendidikan tidak akan pernah setuju untuk melakukan eksperimen semacam itu. Tetapi ini bukan waktu yang normal," urainya.

Dalam masa krisis dan kekacauan ini, bumi justru mendapatkan ketenangannya. Alam kembali mengambilalih. Manusia diingatkan lagi bahwa seluruh yang ada di alam semesta tidak untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat daripada yang lainnya.

Baca Juga:

Ketika JHL Group Melawan COVID-19, Sumbang Perlengkapan Medis ke Banyak Rumah Sakit

kota
Kota-kota kehilangan warganya. (Foto: Unsplash/Dan Burton)

Lewat puisi aktris Raline Shah coba 'menyentil' manusia. Menegaskan seberapa banyak harta, seberapa luas kekuasaan, atau seberapa rupawan kita tiada artinya. Itu semua tak bisa menolong kita untuk mendapatkan oksigen yang layak.

"The world continue its life and it is beautiful. It only puts humans in cages (Dunia kembali menjalani hidupnya dan itu sangat cantik. Ini hanya mengurung manusia di dalam sangkar)," tulisnya.

"I think it's sending us a message; You are not necessary. The air, earth, water, and sky without you are fine. When you come back, remember that you are my guests. Not my masters, (Ku pikir ini mengirim sebuah pesan untuk kita; Kamu tidak penting. Udara, bumi, air, dan langit tanpamu akan baik-baik saja. Ketika kamu kembali, ingatlah bahwa kamu tamu kami. Bukan tuan kami)," demikian bait terakhir puisi Raline yang begitu menohok. (avia)

Baca Juga:

Mengintip Bagaimana Berbagai Negara Menangani Virus Corona, Di Indonesia Seperti Apa?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan