Seorang Menteri Greenland Sambut Baik Ambisi Donald Trump Kuasai Wilayah itu, Perjuangkan Kebutuhan Mineral

Rabu, 15 Januari 2025 - Ikhsan Aryo Digdo

MerahPutih.com - Seorang menteri pemerintah Greenland mengatakan bahwa dia memandang minat Donald Trump terhadap wilayah tersebut sebagai hal yang positif. Menteri tersebut juga menegaskan bahwa ambisi Trump itu sekaligus menjadi peringatan untuk Kopenhagen setelah bertahun-tahun gagal menanggapi tuntutannya untuk mengambil tindakan terhadap mineral dan dugaan pelanggaran oleh Denmark.

Ia adalah Naaja Nathanielsen, menteri perumahan, infrastruktur, mineral, keadilan, dan kesetaraan gender Greenland. Ia mengatakan pemerintah telah berupaya untuk menarik minat dalam kerja sama dengan UE dan AS selama bertahun-tahun, tetapi baru sekarang mendapatkan perhatian yang selama ini dicarinya.

“Kami telah berupaya untuk mendapatkan lebih banyak keterlibatan dari UE dan Amerika Serikat selama bertahun-tahun, jadi saya rasa ini sampai batas tertentu, saya akan katakan dengan sedikit keraguan, adalah jenis perhatian yang kami cari," kata Nathanielsen, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (15/1).

Komentarnya muncul setelah Perdana Menteri Denmark Múte Egede pada hari Senin mengatakan Greenland telah memulai dialog dengan AS dan berusaha untuk bekerja sama dengan pemerintahan Trump. Ia mengatakan negaranya terbuka untuk hubungan yang lebih erat dengan AS dan membuka pintunya dalam hal pertambangan.

Baca juga:

Soal Rencana Donald Trump, Greenland Siap Bekerja Sama

Namun, Egede tidak mengatakan bahwa dia akan terbuka terhadap pengambilalihan wilayah otonomi tersebut oleh AS setelah presiden terpilih AS tersebut membunyikan alarm minggu lalu ketika dia menolak mengesampingkan intervensi militer untuk menguasai Greenland.

Selain itu, menurut Nathanielsen, media Denmark menunjukkan sedikit minat untuk berbicara dengannya tentang mineral atau skandal kontrasepsi paksa. Ia menegaskan setidaknya 4.500 anak perempuan dan perempuan diyakini telah dipasangi alat kontrasepsi secara paksa tanpa persetujuan atau sepengetahuan mereka di tangan dokter Denmark antara tahun 1966 dan 1970 dalam upaya untuk mengurangi populasi.

“Dalam kehidupan sehari-hari saya sebagai menteri sumber daya alam di Greenland, saya mendapat banyak perhatian dari pers asing. Saya jarang berbicara dengan pers Denmark,” tutupnya. (ikh)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan