Sejarah Patingtung di Tanah Tangerang

Selasa, 22 November 2016 - Selvi Purwanti

MerahPutih Budaya - Munculnya seni Patingtung di wilayah Tangerang diperkirakan sejak tahun 1552 hingga 1812, yaitu pada masa Kesultanan Banten. Patingtung sendiri adalah penyamaran dari seni beladiri pencaksilat, yang dikemas dalam koreografi atau tarian ibing pencak silat.

Kepala Seksi (Kasi) Budaya pada Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Kabupaten Tangerang Muhamad Syafei, menjelaskan, pada jaman dulu seni patingtung kerap digunakan untuk syiar agama Islam.

"Pencak silat patingtung yang disertai ilmu kebatinan memerlukan persiapan-persiapan khusus lahir maupun bathin bagi orang yang akan mempelajarinya secara utuh," kata Muhamad Syafei kepada merahputih.com, Senin (21/11).

Ia juga mengungkapkan, sejarah seni patingtung ini sendiri, karena pada masa penjajahan kolonial Belanda kala itu, seni beladiri pencak silat dilarang. Sehingga para jawara menyamarkan seni beladiri ini dengan gerak dan musik, sehingga terkesan hanya sebagai seni tari.

"Biasanya, dalam patingtung ini mendendangkan tembang-tembang Sunda lama, seperti es lilin, kembang beireum, borondong garing dan lain-lain," katanya.

Sedangkan alat musik pengiringnya, seperti gong gede, gong tanggung, gong angkeb, kenong, terompet, serta kecrek kerap dijadikan syiar Islam, untuk mengumpulkan masyarakat. "Tangerang yang kala itu bagian dari wilayah Kesultanan Banten memang tidak lepas dengan budaya religi yang cukup kental. Jadi tidak heran, jika seni dan budaya tradisional Tangerang sejak saat itu banyak bernuansakan Islam," tandasnya. (Widi)

BACA JUGA:

  1. Heritage Factory Outlet Berdiri di Atas Bangunan Cagar Budaya
  2. TMP Gelar Kirab Budaya di Bogor
  3. Membaca Gambar Kaca di Bentara Budaya Yogyakarta
  4. Konferensi Kebudayaan Banten 2016 Bahas Gejolak Identitas Kebantenan
  5. Tangerang Alami Krisis Identitas Ikon Seni dan Budaya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan