Satta, Anggota Termuda dalam Rombongan Seba Baduy
Rabu, 11 Mei 2022 -
MINGGU lalu warga masyarakat Kanekes, para petapa alam yang lebih dikenal dengan sebutan orang Baduy, tiba di Kota Serang. Kedatangan mereka untuk melaksanakan ritual yang berlangsung sudah ratusan tahun. Ritual yang dikenal dengan sebutan Seba Baduy.
Cuaca teduh saat orang-orang Kanekes itu dengan telanjang kaki memasuki Kota Serang, setelah menempuh perjalanan sekira 99 Km, dari pedalaman selatan Banten.
Baca Juga:
Mengunjungi Desa Adat Sasak Sade yang Teguh Memegang Tradisi di Sela Gempita MotoGP

Tak seperti biasanya yang dilaksanakan oleh ribuan orang, Seba Baduy kali ini hanya dilaksanakan 140 orang saja. Ini tak lain sebagai bentuk kepatuhan mereka terhadap penguasa pemerintahan nusantara, paska wabah COVID-19.
Diantara 140 orang petapa alam itu, terselip seorang petapa muda, Satta (14 th) pemuda asal Kampung Cibeo, Baduy dalam.
Sebagai warga Baduy dalam, konsekuensi yang harus diterimanya adalah bersedia menembus kawasan pegunungan yang membentengi perkampungannya. Dia harus berjalan tanpa alas kaki bahkan tak diperbolehkan menaiki kendaraan apapun.
Ditanyai di kawasan Eks Karesidenan Banten, kepada merahputih.com, Satta mengaku tengah dia berproses dalam ritual Seba Baduy, atas kemauannya sendiri.
Baca Juga:
Ogoh-Ogoh Mulai Diarak Sejak Nyepi Jadi Hari Libur Nasional 39 Tahun Lalu

Sebagai anak yang tumbuh di kampung pedalaman, dikelilingi hutan. Dia ingin merasakan pengalaman para petapa alam dewasa.
"Minta sendiri, biar punya pengalaman," ungkapnya dengan Bahasa Indonesia yang fasih.
Satta, menjadi satu-satunya peserta ritual Seba Baduy 2022 yang masih dibawah umur. Artinya, dia harus mandi di Kali Banten yang titiknya tepat dibelakang tempat ritual Seba Baduy dilaksanakan.
Hingga kisah ini ditulis, proses mandi wajib di Kali Banten untuk Satta belum digelar, karena menunggu para pemimpin spiritual masyarakat Kanekes yang sedang menghadap pihak Kesultanan Banten. (Sucitra/Banten).
Baca Juga: