Saparan, Tradisi Tolak Bala Masyarakat Kopeng

Selasa, 15 Januari 2019 - Zaimul Haq Elfan Habib

RATUSAN masyarakat mulai turun ke jalan. Memakai topeng dan pakaian warna-warni, mereka mulai menari dengan gerakan yang seirama. Kegiatan itu merupakan sebuah tradisi. Masyarakat Desa Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, ialah pelaksananya. Saparan namanya.

Penamaan tradisi saparan diambil dari kata 'sapar' dalam kalender Jawa. Bulan Sapar dalam hitungan tersebut merupakan bulan kedua setelah bulan suro atau muharam.

1. Sejarah Tradisi Saparan

Tradisi Saparan.(Instagram/@bangkitbaik)
Tradisi Saparan.(Instagram/@bangkitbaik)

Tradisi ini mulanya lahir setelah 'pageblug' atau wabah penyakit yang meatikan menyerang Desa Kopang sekitar 1918. Akibatnya, banyak masyarakat yang meninggal akibat serangan wabah itu.

Dengan maksud supaya bencana itu hilang masyarakat setempat menggelar sebuah acara bersama. Mulai saat itu, acara tersebut rutin digelar hingga menjadi tradisi tersendiri bagi masyarakat Kopeng.

2. Tujuan Tradisi Saparan

Tradisi Saparan.(Instagram/@magelang)
Tradisi Saparan merupakan wujud syukur.(Instagram/@magelang)

Banyak tujuan yang terkandung dalam tradisi Sapara, salah satunya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas ketentraman desa yang telah diberikan Tuhan yang Maha Esa.

Rasa syukur atas ketentraman desa juga masuk dalam tujuan tradisi ini. Selain itu, digelarnya tradisi saparan kopeng juga sebagai tolak bala.

3. Berbagai Kegiatan Digelar saat Saparan

Tradisi Saparang Kopeng. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Tradisi Saparan Kopeng. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Berbagai macam kegiatan dilaksanakan untuk memperingati saparan. Mulai dengan kirab budaya, menaruh sesaji di sumber air, pertunjukan kesenian, dan rebutan tumpeng.

Dalam tradisi saparan di Desa kopeng ini, peringatan dilaksanakan secara terpisah, setiap dusun yang ada di desa kopeng melaksakan secara bergiliran.

Uniknya dari tradisi saparan ini adalah ketika seseorang berkunjung ke suatu rumah, seseorang tersebut diwajibkan untuk menyantap makanan.

Saparan dilaksanakan selama tiga hari dan di isi arak-arak 11 tumpeng besar dari 10 RT dan satu dari kepala dusun, kendurinan (selamatan desa), makan tumpeng bersama, wayangan, kethoprak, kuda lumping, dan warok.

Selain memberikan sesaji di sebuah mata air, warga juga menampilkan semua jenis kesenian. Satu kesenian yang tidak boleh dilanggar adalah pementasan wayang kulit.

Ini wajib dilaksanakan di seluruh dusun di Kopeng. Tidak ketinggalan makanan khas Kopeng di bulan Sapar adalah geplak jagung. Makanan khas Kopeng ini hanya muncul pada perayaan Saparan. (*)

Baca Juga:

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan