Rusia Kembali Buka Layanan Visa Bagi Warga Indonesia
Rabu, 23 Maret 2022 -
MerahPutih.com - Setelah ditutup selama dua tahun terakhir akibat pandemi COVID-19, Pemerintah Rusia kembali membuka layanan pembuatan visa bagi para pelaku perjalanan asal Indonesia, usai sebelumnya layanan tersebut.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva memastikan keamanan bagi para pengunjung asing.
Baca Juga:
Bahas Sanksi untuk Rusia, Biden Bertemu Pemimpin Eropa dan NATO
"Rusia sangatlah aman. Bahkan, ada berita baik, kami kembali memberikan berbagai macam visa bagi warga negara Indonesia, yang sebelumnya sempat terhenti akibat COVID selama dua tahun," papar Vorobieva.
Dia mengatakan, dalam dua tahun terakhir, layanan visa hanya diberikan untuk kasus-kasus tertentu, termasuk bagi delegasi resmi, kasus kemanusiaan, maupun undangan. Namun, kini visa umum bagi para WNI yang hendak berkunjung ke Rusia juga telah dapat diberikan.
Adapun terkait penerbangan, menurut dia, saat ini terdapat sejumlah perusahaan Rusia yang mengajukan adanya penerbangan langsung dari Moskow ke Denpasar, Bali, salah satu destinasi wisata di Tanah Air yang menjadi favorit warga Rusia.
"Saat ini, pihaknya tengah mempertimbangkan hal tersebut dengan pihak-pihak terkait lainnya," katanya.
Sebelumnya, ada tiga penerbangan langsung dari Moskow ke Denpasar yang kemudian dihentikan karena COVID.
"Saat ini kami tengah berdiskusi dengan otoritas Indonesia untuk melanjutkan penerbangan," katanya.

Sementara itu, Kantor Staf Presiden (KSP) menyatakan pemerintah akan mengantisipasi dampak ekonomi dari konflik militer antara Rusia dan Ukraina, yang diantaranya dapat memicu kenaikan inflasi menyusul meningkatnya harga produk energi dan pangan di pasar global.
"Karena dampak yang besar (di Indonesia) akan terlihat dari biaya yang dikeluarkan dari pemenuhan impor Bahan Bakar Minyak yang 40 persen kebutuhan masih mengandalkan impor," Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Panutan S. Sulendrakusuma.
Panutan menyampaikan, kenaikan harga energi akan mempengaruhi biaya logistik dan memicu kenaikan harga komoditas yang diimpor seperti gandum, kedelai, jagung dan sapi. Hal itu tentu saja berpengaruh pada biaya industri makanan, restoran dan pelaku katering.
"Ini berpotensi menyebabkan kenaikan laju inflasi," ujar Panutan. (Knu)
Baca Juga:
Presiden Ukraina Zelenskyy Mengaku Kesulitan Berunding dengan Rusia