Rupiah Lemah, Pelaku Industri Mainan Lesu
Selasa, 31 Maret 2015 -
MerahPutih Bisnis - Pelaku industri mainan anak impor mengalami kelesuan akibat ketidakpastian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pelemahan rupiah. Hal ini terlihat dari penurunan omzet pada awal 2015. Penurunan mencapai 20 hingga 40 persen.
Biasanya omzet pendapatan mampu mencapai angka Rp1 miliar, kini omzet hanya mencapai Rp700 juta. Volume impor per bulan juga mengalami penurunan. Biasanya mampu mengimpor 2.500 kontainer, kini turun menjadi 700 kontainer. (Baca: Papua Kelola 15.000 Hektare Hutan Energi Biomassa)
Demikian paparan Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas kepada Merahputih.com, melalui telepon seluler, Selasa (31/3). "Dengan situasi seperti ini, pedagang merasa resah," ungkap Sutjiadi.
Akibatnya, industri mainan melakukan pengurangan jam kerja karyawan dan pengurangan karyawan. Proyeksi bisnis mainan anak tahun ini diperkirakan tidak bakal membaik apabila situasi politik dan ekonomi tak kunjung pulih. (Baca: Aturan Rokok Makin Ketat, Industri Rokok Bakal Anjlok?)
Perkiraan berdasarkan pasar, segmen pasar menengah bakal mengalami kesulitan dengan adanya penaikan BBM terus-menerus. Apalagi pasar segmen tersebut lebih mengutamakan konsumsi kebutuhan pokok dibandingkan konsumsi nonpokok.
Seperti diketahui, awal tahun 2015 rupiah mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pelemahan mencapai angka Rp13.000. Hingga kini, Selasa (31/3), rupiah berada di angka Rp13.075 per dollar AS. (fre)