Alasan Pemerintah Daya Saing Indonesia Bisa Anjlok ke Posisi 40 Dari 69 Negara Dunia
Aktivitas bongkar muat kontainer berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/9/2022). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
MerahPutih.com - Institut Internasional untuk Pengembangan Manajemen (IMD) menyatakan daya saing Indonesia yang turun 13 peringkat ke posisi 40 secara global dalam riset World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 oleh World Competitive Center (WCC).
Riset WCR 2025, mengukur tingkat daya saing 69 negara dunia menggunakan data keras dan hasil survei.
World Competitive Center (WCC) memperhitungkan 262 informasi berupa 170 data eksternal dan 92 respons survei terhadap 6.162 responden eksekutif di tiap negara.
Berdasarkan survei, 66,1 persen eksekutif Indonesia menganggap kurangnya peluang ekonomi menjadi pendorong polarisasi.
Baca juga:
Mendag Sita Produk Impor China Tak Sesuai Aturan Senilai Rp 18,85 Miliar
Artinya, masalah ekonomi mendasar seperti infrastruktur yang tidak memadai, lembaga yang lemah, dan keterbatasan talenta SDM mesti mendapat porsi perhatian yang besar.
Lembaga Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang menjadi mitra WCC dalam penelitian ini menyarankan perlunya mengembangkan tenaga kerja produktif yang mampu meningkatkan daya saing ekonomi.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan penurunan daya saing Indonesia dalam laporan World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 dari semula posisi 27 ke 40 dikarenakan faktor eksternal.
"Perang tarif itu kan membuat negara yang over-supply itu mencari pasar alternatif, dan pasar alternatif itu ada di Indonesia, dan itu kan artinya daya saing turun itu karena faktor eksternal. Kalau faktor internal, kalau kami lihat sih tidak," kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif saat ditemui di Jakarta, Rabu (26/6).
Ia menegaskan, dari sisi internal, efisiensi Indonesia masih dalam posisi yang bagus, tenaga kerja masih produktif, serta bahan baku sebagian besar masih tercukupi.
"Cuma karena ada faktor eksternal banyak gempuran produk impor jadi yang berharga murah," kata dia lagi.
Direktur World Competitive Center (WCC) IMD Arturo Bris menegaskan, pascapandemi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan performa daya saing terbaik dalam peringkat WCR yang naik 11 peringkat.
"Kenaikan peringkat daya saing ini didongkrak dari nilai ekspor migas dan komoditi. Namun, saat ini peringkat daya saing Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara anjlok imbas dari perang tarif yang ditujukan ke kawasan ini," katanya.
Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia terus memperbaiki posisi dari peringkat 44 di 2022, naik ke peringkat 34 di 2023, hingga akhirnya ada posisi 27 pada 2024. Dan akhirnya turun lagi.
Indonesia, kata ia, perlu melakukan integrasi strategi dari hulu ke hilir. Sebab, kebijakan pemerintah menjadi pendukung daya saing jangka panjang.
"Efisiensi pemerintah jangan menjadi cita-cita ideal semata, tetapi harus dipraktikkan agar bisa membangun ketahanan ekonomi dan daya tarik investasi di tahun-tahun mendatang," katanya. (*)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Begini Langkah Pulihkan Reputasi Produk Udang dan Cengkeh Setelah Terkontaminasi Radiasi Cs-137
Menkeu Purbaya Didesak Lindungi Produsen Food Tray Lokal dari Gempuran Produk Impor
6 Sektor Ini Dibanjiri Barang Impor, Ini Kata Kemenperin
Pemerintah Pastikan iPhone 17 Masuk Awal Bulan Depan
PHK Naik 32 Persen, Ini Pembelaan Pemerintah
Rencana Pembebasan Tarif Bea Masuk Produk AS: Berpotensi Timbulkan Efek Mengerikan
Menteri Perdagangan Keluarkan Aturan Perlindungan Konsumen Penggunaan Barang dan Jasa Terkait K3L, Jamin Mutu Produk Ekspor
Alasan Pemerintah Daya Saing Indonesia Bisa Anjlok ke Posisi 40 Dari 69 Negara Dunia
Mainan Anak Produksi Indonesia Masih Diminati Dunia, Peringkat ke-22 Dari 195 Negara
Kedai Kopi di Indonesia Meningkat 3 Kali Lipat, Masih Banyak Potensi