Rumah PM Bangladesh Hasina dan Pendukung Dijarah, Tokoh Oposisi Dibebaskan
Selasa, 06 Agustus 2024 -
MerahPutih.com - Protes terhadap sistem kuota pemerintah Bangladesh untuk pekerjaan publik meningkat bulan lalu setelah bentrokan kekerasan di Universitas Dhaka. Protes ini telah menelan ratusan korban jiwa.
Para pengunjuk rasa menuntut pengakhiran sistem kuota, yang mencadangkan 30 persen posisi jabatan pemerintah untuk anggota keluarga veteran perang 1971. Mereka menuduh diskriminasi dan keberpihakan terhadap pendukung Hasina, yang partainya memimpin gerakan kemerdekaan.
Aksi protes yang panjang ini, membuat Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan saudarinya dilaporkan meninggalkan kediaman resmi mereka di ibu kota Dhaka ke India dan mantan perdana menteri itu mencari suaka di Inggris.
Dilaporkan, para perusuh di Bangladesh merusak sejumlah gedung pemerintah dan tempat tinggal perwakilan partai politik Liga Awami di tengah pengunduran diri pemimpinnya yang juga perdana menteri Bangladesh, Sheikh Hasina.
Baca juga:
PM Kabur ke India, Militer Bangladesh Umumkan Pemerintahan Transisi
Bekas kediaman Shaikh Hasina juga tak luput dari aksi penjarahan, demikian dilaporkan UNB yang mengutip para pemimpin partai.
Tak lama setelah pengumuman pengunduran diri Sheikh Hasina disampaikan, sekelompok orang merusak dan membakar kediaman menteri negara urusan ekspatriat dan ketenagakerjaan luar negeri, kata kantor berita Bangladesh itu.
Mereka juga merusak rumah departemen keadilan kota dan sekretaris kota Liga Awami, seorang anggota parlemen Liga Awami, dan presiden cabang Liga Awami di ibu kota.
Para perusuh menghancurkan dan menjarah perusahaan beberapa pengusaha yang mendukung partai Liga Awami, membakar kantor kepala polisi distrik dan dua sepeda motor polisi selama bentrokan dengan polisi pada Senin (5/8) sore, lapor UNB.
Baca juga:
Ratusan Orang Tewas Akibat Luka Tembak Saat Protes Mahasiswa di Bangladesh
Menurut unggahan media sosial, para perusuh juga memasuki kediaman pribadi Sheikh Hasina dan mulai membawa keluar perabotan, peralatan, dan hewan-hewan peliharaan dari dalam rumah tokoh Bangladesh itu.
Kepala kebijakan luar negeri EU Josep Borrell menegaskan, Uni Eropa (EU) mendesak semua pemangku kepentingan di Bangladesh untuk menahan diri guna memastikan transisi damai menuju terwujudnya pemerintahan baru yang dipilih secara demokratis.
Uni Eropa mengaku bersedih atas korban jiwa yang dilaporkan selama protes baru-baru ini dan menyerukan pembebasan segera mereka yang diyakini Brussels ditahan secara sewenang-wenang.
Bentrokan antara mahasiswa anti pemerintah, polisi, dan pendukung pemerintah meningkat menjadi kerusuhan. Pemerintah Bangladesh telah memberlakukan jam malam di Dhaka dan kota-kota lain di negara tersebut mulai pukul 18:00 waktu setempat pada Senin hingga diperoleh pemberitahuan lebih lanjut.
Sementara itu, Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin telah memerintahkan pembebasan pemimpin oposisi Khaleda Zia beberapa jam setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina meninggalkan negara tersebut di tengah maraknya aksi protes.
Seluruh partai politik sepakat membubarkan parlemen untuk membentuk pemerintahan transisi seperti yang diumumkan sebelumnya oleh Panglima Militer Jenderal Waker-uz-Zaman.
Keputusan itu muncul setelah para pemimpin partai oposisi, termasuk Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan Jamaat-e-Islami, bertemu Presiden. Zia, ketua BNP sekaligus perdana menteri Bangladesh dua periode (1991-1996 dan 2001-2006), telah ditahan sejak 2018. (*)