Psikolog UI Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis di Era Kecerdasan Buatan, Jangan Biarkan Anak Terjebak Sesuatu yang Instan
Senin, 05 Mei 2025 -
Merahputih.com - Psikolog klinis Universitas Indonesia, Adityana Kasadravati Putranto, menekankan pentingnya orang tua melatih kemampuan berpikir kritis pada anak. Hal ini bertujuan agar anak tidak bergantung pada kemudahan instan dari teknologi, termasuk AI.
Adityana menyarankan agar orang tua tidak hanya mengenalkan AI kepada anak, tetapi juga mendorong mereka untuk mempertanyakan dan menganalisis informasi yang dihasilkan.
"Diskusikan dengan mereka tentang bagaimana AI bekerja dan potensi kesalahan yang mungkin terjadi," ujar Adityana dikutip Antara, Senin (5/5).
Baca juga:
Ia menekankan, AI sebaiknya dipandang sebagai alat bantu, bukan pengganti upaya mandiri anak. Orang tua sebaiknya mengajak anak untuk berkreasi dan menyelesaikan tugas dengan pemikiran serta usaha sendiri.
Lebih lanjut, Adityana mengingatkan tentang perlunya menanamkan nilai kejujuran dan integritas dalam penggunaan AI. Anak perlu memahami konsep plagiarisme dan cara menggunakan teknologi secara etis.
Psikolog yang juga anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia ini juga menyoroti pentingnya pendampingan orang tua saat anak berinteraksi dengan AI, termasuk pembatasan waktu dan pemilihan aplikasi yang aman.
Menurutnya, keterlibatan orang tua dalam penggunaan AI oleh anak tidak hanya sebatas pengawasan, tetapi juga sebagai pendamping dalam proses belajar dan penggunaan teknologi.
Baca juga:
200 Ribu Penonton Terhipnotis 'Penjagal Iblis: Dosa Turunan', Horor Baru dengan Sentuhan Psikologi
Adityana juga menekankan perlunya menetapkan batasan waktu penggunaan teknologi untuk menjaga kesehatan fisik dan mental anak. Keseimbangan antara waktu belajar dan bermain sangat dianjurkan.
Terakhir, dalam memilih aplikasi AI untuk anak, Adityana menyarankan untuk menggunakan aplikasi yang terpercaya, aman, dan sesuai dengan usia anak. Aplikasi yang tidak jelas asal-usulnya sebaiknya dihindari.
"Pastikan anak tetap terlibat dalam interaksi sosial dan aktivitas fisik. Penggunaan AI seharusnya tidak menggantikan pengalaman belajar yang diperoleh dari interaksi langsung dengan orang lain," pungkasnya.