Psikolog UI Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis di Era Kecerdasan Buatan, Jangan Biarkan Anak Terjebak Sesuatu yang Instan

Artificial Intelligence. Foto Freepik
Merahputih.com - Psikolog klinis Universitas Indonesia, Adityana Kasadravati Putranto, menekankan pentingnya orang tua melatih kemampuan berpikir kritis pada anak. Hal ini bertujuan agar anak tidak bergantung pada kemudahan instan dari teknologi, termasuk AI.
Adityana menyarankan agar orang tua tidak hanya mengenalkan AI kepada anak, tetapi juga mendorong mereka untuk mempertanyakan dan menganalisis informasi yang dihasilkan.
"Diskusikan dengan mereka tentang bagaimana AI bekerja dan potensi kesalahan yang mungkin terjadi," ujar Adityana dikutip Antara, Senin (5/5).
Baca juga:
Ia menekankan, AI sebaiknya dipandang sebagai alat bantu, bukan pengganti upaya mandiri anak. Orang tua sebaiknya mengajak anak untuk berkreasi dan menyelesaikan tugas dengan pemikiran serta usaha sendiri.
Lebih lanjut, Adityana mengingatkan tentang perlunya menanamkan nilai kejujuran dan integritas dalam penggunaan AI. Anak perlu memahami konsep plagiarisme dan cara menggunakan teknologi secara etis.
Psikolog yang juga anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia ini juga menyoroti pentingnya pendampingan orang tua saat anak berinteraksi dengan AI, termasuk pembatasan waktu dan pemilihan aplikasi yang aman.
Menurutnya, keterlibatan orang tua dalam penggunaan AI oleh anak tidak hanya sebatas pengawasan, tetapi juga sebagai pendamping dalam proses belajar dan penggunaan teknologi.
Baca juga:
200 Ribu Penonton Terhipnotis 'Penjagal Iblis: Dosa Turunan', Horor Baru dengan Sentuhan Psikologi
Adityana juga menekankan perlunya menetapkan batasan waktu penggunaan teknologi untuk menjaga kesehatan fisik dan mental anak. Keseimbangan antara waktu belajar dan bermain sangat dianjurkan.
Terakhir, dalam memilih aplikasi AI untuk anak, Adityana menyarankan untuk menggunakan aplikasi yang terpercaya, aman, dan sesuai dengan usia anak. Aplikasi yang tidak jelas asal-usulnya sebaiknya dihindari.
"Pastikan anak tetap terlibat dalam interaksi sosial dan aktivitas fisik. Penggunaan AI seharusnya tidak menggantikan pengalaman belajar yang diperoleh dari interaksi langsung dengan orang lain," pungkasnya.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
DeepSeek-R2 Segera Meluncur, Tiongkok Mulai Kembangkan AI Domestik

Era Baru Kejahatan Digital, CrowdStrike Sebut Serangan AI Makin Meningkat di 2025

Mau Saingi ChatGPT-5, DeepSeek-R2 Segera Diluncurkan Akhir Agustus 2025

Apple Diam-diam Kembangkan Mesin Pencari AI, Siap Jadi Pesaing Berat ChatGPT dan Gemini

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Psikolog Bocorkan Cara Musik Melatih Otak Anak Jadi Super Cerdas Sejak Dini

Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI

Ini Dia 3 Teknologi Rahasia Transjakarta yang Bakal Bikin Penumpangnya akan Lebih Mudah

Optimalkan Layanan Pelanggan, Transjakarta Manfaatkan Teknologi AI

Chatbot Grok Puji-Puji Hitler, Elon Musk Sebut Ada Modifikasi tak Sah dan sudah Melakukan Perbaikan
