Dampak Lingkungan Tersembunyi dari Video Deepfake, Memakan Banyak Daya Listrik dan Boros Air
Video bikinan AI punya dampak lingkungan yang tersembunyi. (Foto: Pexels/thisisengineering)
MERAHPUTIH.COM — VIDEO deepfake bikinan kecerdasan buatan (AI) bertebaran di media sosial dalam beberapa waktu belakangan. Rasanya nyaris mustahil scrolling media sosial tanpa menemukan satu pun video bikinan AI ini. Namun, siapa sangka, video AI ini tak hanya membahayakan pengguna media sosial, tapi juga lingkungan kita.
Platform seperti Sora milik OpenAI telah menjadi viral karena kemampuannya menciptakan video yang sangat realistis sehingga banyak orang membagikan adegan palsu yang menampilkan selebritas atau tokoh sejarah yang telah meninggal dalam situasi aneh dan sering kali ofensif. Video-video tersebut bahkan telah memaksa keluarga dari sejumlah tokoh yang sudah wafat, termasuk keluarga Dr Martin Luther King Jr. Mereka menyeru kepada perusahaan AI untuk melarang penggunaan citra orang-orang tercinta mereka.
Namun, di balik dampak emosional dari video deepfake, seorang dosen di Universitas Oxford kini memperingatkan tentang jejak lingkungan yang ditimbulkannya.
Dr Kevin Grecksch, dikutip BBC, menjelaskan ada dampak tersembunyi yang cukup besar terhadap lingkungan, karena video-video tersebut harus diproduksi di suatu tempat. “Biasanya bukan di ponsel Anda,” kata Grecksch.
Baca juga:
Wajah Prabowo dan Sri Mulyani Dipakai Deepfake, Pelaku Untung Puluhan Juta
“Itu terjadi di pusat data (data centre) yang bisa saja berada di belahan dunia lain, atau mungkin di dekat tempat Anda tinggal. Kita tidak tahu,” ujarnya.
Ia kemudian mengungkap bahwa pusat data tersebut mengonsumsi banyak listrik dan memerlukan banyak air. Menurutnya, pusat data menggunakan jumlah air tawar yang sangat besar untuk mendinginkan server dalam skala industri.
Aplikasi-aplikasi baru kini memudahkan pengguna untuk membuat dan membagikan video ke media sosial, yang menyebabkan banjir video deepfake di berbagai platform. Awal bulan ini, Sora telah diunduh lebih dari satu juta kali hanya dalam waktu kurang dari lima hari, dan masih menduduki peringkat teratas di Apple App Store Amerika Serikat.
Oleh karena itu, Grecksch memperingatkan agar masyarakat lebih sadar terhadap dampak lingkungan dari platform-platform tersebut. “Penggunaannya melibatkan banyak air, dan kita perlu memikirkan untuk apa kita menggunakannya, bagaimana kita menggunakannya, dan seberapa sering kita menggunakannya,” katanya.
Ia menambahkan bahwa AI sudah telanjur berkembang pesat, tetapi mendesak agar masyarakat memiliki pemikiran yang lebih terpadu mengenai lokasi pusat data dan bagaimana sistem pendinginannya.
“Pemerintah melihat wilayah selatan Oxfordshire sebagai salah satu kawasan pertumbuhan AI pertama, tetapi itu menjadi masalah besar karena tampaknya belum ada yang memikirkan dari mana air yang dibutuhkan untuk mendinginkan server-server tersebut akan berasal. Ada banyak pertanyaan yang perlu kita pikirkan,” tegasnya.(dwi)
Baca juga:
Bela Pesantren dari Serangan Video AI, Cak Imin Tegaskan Fitnah Digital tak akan Mempan
Bagikan
Berita Terkait
Dampak Lingkungan Tersembunyi dari Video Deepfake, Memakan Banyak Daya Listrik dan Boros Air
ChatGPT bakal Izinkan Konten Erotis untuk Pengguna Dewasa
Tilly Norwood, Aktris AI Pertama yang Siap Gantikan Bintang Hollywood?
Pemerintah Pacu Regulasi AI, Rancangan Perpres Ditargetkan Selesai September 2025
Cara Mudah Bikin Logo dengan Bantuan AI, Ini 3 Contoh Prompt yang Bisa Dicoba
Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih
Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
Komisi I DPR Dukung Komdigi Desak Platform Digital Sediakan Fitur Pengecekan Konten AI
Diviralkan karena Sebut Guru Beban Negara, Menkeu Sri Mulyani Tegaskan itu Deepfake AI
Chatbot Grok Puji-Puji Hitler, Elon Musk Sebut Ada Modifikasi tak Sah dan sudah Melakukan Perbaikan