Presiden AS Ogah Komentari Dugaan Israel Lakukan Kejahatan Perang
Jumat, 20 Oktober 2023 -
MerahPutih.com - Korban meninggal dari serangan terus bertambah. Sedikitnya 3.785 warga Palestina tewas akibat serangan-serangan Israel ke Gaza. Sementara itu, lebih dari 1.400 warga Israel terbunuh sejak awal konflik.
Gaza saat ini mengalami krisis kemanusiaan yang parah lantaran tidak ada listrik, air, makanan, bahan bakar dan hampir kehabisan obat-obatan.
Baca Juga:
Palestina Sebut Israel Sengaja Targetkan Toko Roti untuk Timbulkan Banyak Korban
Presiden Amerika Serikat Joe Biden bungkam saat ditanya apakah tindakan Israel di Gaza sesuai dengan hukum perang.
Itu terjadi saat Biden ditanya oleh seorang wartawan saat dia mengadakan jumpa pers di Pangkalan Udara Ramstein Jerman, setelah kunjungannya ke Israel.
"Pak Presiden, apakah Israel menjalankan hukum perang seperti yang Anda bicarakan pekan lalu,” tanya seorang reporter kepada Biden.
Bukannya menjawab pertanyaan si wartawan, Biden malah mengatakan "Senang berbicara dengan kalian semua," dan kemudian pergi meninggalkan ruangan konferensi pers.
Israel diyakini berada di balik pemboman Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza pada Selasa (17/10) malam waktu setempat, yang menewaskan sekitar 500 orang. Israel telah membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Namun, insiden serangan itu serta blokade total Israel terhadap Gaza, dengan memutus pasokan air, listrik, dan bahan bakar telah mendorong protes di seluruh dunia dan banyak pengamat menyatakan bahwa Israel melanggar aturan perang.
Sebelumnya, Biden membantah laporan pers Israel yang menyebut bahwa AS akan mendukung Israel dalam perang melawan Hizbullah.
Mengenai kemungkinan Israel membatalkan serangan darat di Gaza, Biden hanya mengatakan, para pejabat militer Israel dan AS sedang membicarakan alternatif apa yang mungkin dilakukan.
Biden juga menyatakan upaya evakuasi warga AS di Gaza terus dilakukan. Dalam percakapan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, sepulang dari Israel, Biden mengatakan, Sisi telah setuju untuk membuka pintu perbatasan Rafah di Mesir agar 20 truk pembawa bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza, yang sangat membutuhkan persediaan makanan, air dan kebutuhan penting lainnya.
Sementara itu, Lebih dari 70 organisasi masyarakat sipil, termasuk Amnesty International Australia, menyerukan pemerintah Australia untuk segera bertindak memediasi gencatan senjata antara Israel dengan Hamas untuk menghentikan krisis kemanusiaan yang meningkat di Jalur Gaza.
Amnesty International Australia mendesak pemerintah dan parlemen mereka untuk mengutuk Israel atas kejahatan perang.
"Kami tidak bisa mengizinkan negara manapun melakukan kejahatan perang dan mendapat kekebalan," ujar Nikita White, juru kampanye Amnesty International Australia.
Sementara itu, pada Rabu (18/10), AS memveto rancangan resolusi DK PBB yang diusulkan oleh Brazil untuk menuntut jeda kemanusiaan di Gaza.
Resolusi yang ditentang oleh AS itu mendapat dukungan 12 negara anggota DK, sementara Rusia dan Inggris menyatakan abstain. (*)
Baca Juga:
Bertemu Pangeran Arab Saudi, Jokowi Ajak Hentikan Eskalasi Konflik Israel-Palestina