Pj Heru Mengaku Belum Ada Komunikasi dengan Demokrat

Rabu, 03 Juli 2024 - Angga Yudha Pratama

MerahPutih.com - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengaku belum melakukan komunikasi dengan DPD Demokrat DKI setelah nama dirinya diusulkan sebagai calon gubernur (Cagub) di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2025.

"Oh belum (ada komunikasi dengan DPD Demokrat), belum," kata Pj Heru di Jakarta, Rabu (3/7).

Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta, Mujiyono mengklaim telah menyiapkan sejumlah nama kandidat calon gubernur (Cagub) DKI Jakarta untuk Pilkada Jakarta 2024.

Baca juga:

Namanya Diusulkan Demokrat di Pilkada Jakarta, Pj Heru Ngaku enggak Mau Terjun ke Politik

Selain kader internal seperti Jansen Sitindaon dan dirinya, Partai Demokrat juga mempertimbangkan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono untuk diusung dalam Pilkada Jakarta 2024.

"Kalau ditanya yang fokus (mengurus Jakarta) siapa, itu yang keliatan sekarang adalah PJ Gubernur Heru. Ya bisa saja (Demokrat mengusung Heru Budi Hartono), itu kan bagian dari usulan. Gubernurnya yang ini (Heru Budi) , wakil gubernurnya yang ini (Jansen) kan bisa saja. Penjajakan akan kita lakukan," ujar Mujiyono di gedung DPRD DKI Jakarta, Jum'at (28/6).

Menurutnya, Pj Heru masuk ke radar DPD Demokrat DKI karena ada unsur Jawa. Dia menilai, penduduk Jakarta lebih didominasi suku Jawa yang berpotensi untuk memenangkan kontestasi Pilkada Jakarta 2024. Terlebih, jelasnya, Heru Budi Hartono menorehkan banyak prestasi yang tidak diungkap media.

"Dia adalah birokrat yang berorientasi kepada hasil. Pernah nggak Heru nyiarin prestasinya di media? Nggak kan, selow saja dia. Padahal banyak banget prestasinya, salah satunya tingkat inflasi DKI Jakarta yang jauh lebih rendah dibanding nasional. Saya punya list prestasi beliau yang tidak siar," katanya.

Baca juga:

Partai Demokrat Sarankan Anies Masuk Parpol, Singgung Ridwan Kamil

Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta itu menegaskan, dukungan suku Jawa untuk Pilkada Jakarta 2024 sangat realistis, bukan rasis atau politik identitas. Sebab, ungkapnya, politik tidak ada yang idealis, semua akan bermuara pada kekuasaan.

"Untuk merebut kekuasaan lakukan dengan cara-cara yang baik kan gitu. Maping dan seterusnya, kita sama-sama tahu Jakarta ini kota global, Jakarta ini adalah kota di mana kemajemukan terjadi, seluruh suku bangsa ada di sini tanpa tentunya melupakan kawan-kawan kita Betawi asli, pewaris asli Jakarta adalah Betawi. Tapi kalau untuk kemajuan Jakarta suku-suku lain adalah kekuatan," jelasnya. (Asp)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan