Pentingnya Pelatihan Daring untuk Dokter Menangani COVID-19

Senin, 22 Juni 2020 - Ikhsan Aryo Digdo

SETIAP negara harus menerapkan standar penanganan tepat dan praktisi medis mutlak dalam menghadapi virus Corona. Prosedur penanganan COVID-19 juga harus sesuai standar ketetapan WHO.

Di Indonesia, terdapat dua tantangan dalam implementasi penanganan pandemi COVID-19. Pertama, bagaimana menambah jumlah tenaga medis yang bersumber dari relawan. Kedua, bagaimana membekali mereka dengan pengetahuan tentang standar penanganan COVID-19 sesuai rujukan WHO.

Baca juga:

Prosedur Pembersihan Aman Menurut CDC

Belum lagi tantangan makin sulit karena pemerintah menerapkan PSBB yang membatasi mobilitas serta ditambah dengan tren meningkatnya jumlah kasus positif COVID-19. Hal ini membuat sinergi dengan pihak eksternal sangat dibutuhkan dalam penanganan COVID-19, khususnya dalam menambah jumlah personil tenaga kesehatan.

Dokter yang sudah mengikuti pelatihan daring kemudian dikerahkan untuk menangani pasien COVID-19 (Foto: Pexels/Negative Space)

Docquity sebagai platform digital berkumpulnya para dokter yang telah terverifikasi mendukung akan hal ini dengan menyediakan layanan rekrutmen dokter relawan serta pelatihannya secara daring. Para dokter kemudian dikerahkan untuk menangani pasien COVID-19.

"Pelatihan dan perekrutan secara daring melalui Docquity yang didukung sepenuhnya oleh Kemenkes, berdampak sangat besar tidak hanya untuk kesembuhan pasien, tapi juga keamanan pasien dan petugas medis," ujar Amit Vithal selaku Co-Founder Docquity dalam keterangan tertulis.

Kerjasama ini diawali dengan penandatanganan kesepakatan Docquity dengan Kementrian Kesehatan pada 19 Maret 2020 lalu. Docquity resmi menjadi anggota dari Aliansi Telemedik Indonesia (Atensi)2 untuk perekrutan dan pemberian pelatihan bagi tenaga medis untuk menangani pasien COVID-19.

Baca juga:

Asosiasi Perjalanan AS Rilis Panduan untuk Masa ‘New Normal’

Pelatihan daring dilakukan secara live (Foto: Pexels/Burst)

Menurut data yang terkumpul per 11 Juni 2020, sebanyak 887 dokter telah mendaftar yang terdiri dari 677 dokter umum dan sisanya adalah dokter spesialis.

Sebagian besar dokter relawan yang tergabung berasal dari pulau Jawa dengan anggota terbanyak dari DKI Jakarta, Tangerang dan Bandung. Kemudian sisanya sejumlah 40% berasal dari Aceh, Kalimantan, Sulawesi hingga Flores.

"Pelatihan bagi para dokter relawan dilakukan secara rutin, dimana sebanyak tiga hingga empat kali pelatihan yang diadakan secara live setiap harinya dengan membahas topik dari cabang ilmu yang berbeda-beda," tutup Amit. (ikh)

Baca juga:

Mungkinkah Tes Cepat 20 Menit Menggantikan Masa Karantina 14 Hari?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan