Pengamat CSIS Sebut Jokowi Terbebani dengan Permintaan Jatah Menteri

Sabtu, 10 Agustus 2019 - Eddy Flo

MerahPutih.Com - Permintaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar partainya mendapat jatah menteri terbanyak kepada Presiden Jokowi dinilai bisa menyulitkan.

Menurut pengamat politik dair Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes permintaan tersebut membebani Jokowi.

Baca Juga: Analis Politik Prediksi Gerindra, PAN dan Demokrat Berpeluang Dapat Jatah Menteri

"Kalau permintaannya terlalu besar itu akan merepotkan presiden karena harus menegosiasikan soal permintaan yang besar ini kepada partai-partai koalisi lain," kata Arya saat ditemui usai diskusi media di Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/8).

Terdapat beberapa poin yang menurutnya cukup berat bagi Presiden Joko Widodo dalam menyusun kabinetnya. Ia berpendapat bahwa permintaan Megawati atas delapan kursi menteri, ia nilai terlalu banyak.

Arya Fernandes pengamat politik dari CSIS
Pengamat politik dari CSIS Arya Fernandes sebut permintaan jatah menteri merepotkan Presiden Jokowi (Foto: antaranews)

"Saya kira dari sisi nominal itu terlalu besar, sulit dipenuhi presiden. Mungkin angka yang paling moderat, itu di angka enam. Itu sudah paling besar," ujar Arya.

Nominal tersebut, lanjut dia, apabila dikabulkan, juga dapat membuat Jokowi untuk mengorbankan janjinya dalam membentuk kabinet dari kelompok profesional. Selain itu, ia menilai juga akan mengganggu keseimbangan dalam internal koalisi partai pendukung.

"Karena permintaannya terlalu besar, itu akan mengganggu keseimbangan di internal koalisi partai pendukungnya. Bagaimana pun, selisih antara PDIP, Golkar, Nasedem dan beberapa partai lain kan juga tidak terlalu besar, hanya kurang lebih sekitar 5 sampai 6 persen," kata Arya.

Baca Juga: Gerindra Bantah Telah Sepakat dengan PDIP Terkait Pilpres 2024

Ia menilai PDIP ingin menunjukan kepada publik bahwa partai tersebut memiliki manuver politik di atas partai-partai lain. Sehingga, ia menilai Jokowi harus memberikan sinyal kepada PDIP dan publik bahwa ia memiliki kendali penuh terhadap pembentukan kabinet.

"Saya kira presiden harus memberikan sinyal kepada partai soal bagaimana agenda presiden dalam pembentukan kabinet ke depan," kata Arya sebagaimana dilansir Antara.

"Presiden harus menunjukan kepada publik bahwa presiden punya otoritas dan memegang kendali penuh dalam pembentukan kabinet," tutupnya.(*)

Baca Juga: PDIP Minta Jatah Menteri Terbanyak, PKB: Jokowi Tahu Mana yang Kerja dan Tidak

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan