Penelitian Efek Rasa Sabun pada Ketumbar Berasal dari Gen

Rabu, 03 Maret 2021 - P Suryo R

KETUMBAR dan daunnya bagi masyarakat Asia menjadi rempah yang membuat masakan menjadi lebih sedap. Namun berbeda dengan masyarakat di barat. Tak semua orang menyukai rempah yang disebut coriander di Eropa dan cilantro di Amerika.

Umumnya yang tak menyukai rempah ketumbar ini menganggap rasanya seperti sabun. Akibatnya masakan yang dibuat tak bisa mereka makan.

Baca Juga:

Mitos atau Fakta Makanan Peningkat Gairah Seksual

rempah
Ketumbar, rempah yang umumnya dipakai di kawasan Asia. (Foto: Pixabay/PDPics)

Ternyata rasa 'sabun' ini memancing ilmuwan untuk mengkajinya lebih jauh. Mereka melihat bahwa ketumbar yang merupakan rempah ini memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Namun tak semua orang dapat menerima rasa ketumbar.

Di tahun 2012, Nicholas Eriksson, ahli genetika, bersama timnya menemukan adanya hubungan antara genetika dengan rasa ketumbar. Mereka menemukan bahwa ketidaksukaan pada ketumbar ini ada dalam varian genetika seputaran indera penciuman.

Riset yang kemudian dipublikasikan di Universitas Cornell ini membuka tabir genetika yang mendorong orang tak menyukai ketumbar. Mereka menyebutnya sebagai kluster OR6A2. Ini yang membuat orang kemudian seolah-olah merasakan sabun bila mengonsumsi ketumbar.

Melihat hasil riset itu, perusahaan testing DNA, 23andMe, mereka ingin menguji kembali bahwa ketidaksukaan pada ketumbar merupakan sifat atau ciri dari genetika.

Dengan sekitar 50 ribu klien, mereka mengumpulkan semua datanya. Perusahaan ini tidak memisahkan klien yang suka atau tidak menyukai ketumbar. Mereka melakukan perbandingan DNA antara orang yang menyukai dan tidak menyukai ketumbar. Tentunya yang berhubungan dengan rasa 'sabun' itu.

Baca Juga:

Micin Bikin Bodoh, Benarkah?

rempah
Daun ketumbar jadi penghias makanan. (Foto: Unsplash/Sharon Chen)

Hasil penelitain perusahaan yang dipublikasi melalui blog itu, mengungkapkan bahwa ketumbar memiliki senyawa yang dinamakan aldehydes. Senyawa ini untuk sebagian orang memberikan rasa fruity dan hijau (sayuran). Sementara yang tidak menyukai merasakan 'sabun' dan pedas.

Dilansir dari Mirror, satu dari delapan gen pada SNP memiliki kode OR6A2 yang mampu mendeteksi senyawa aldehydes yang ada pada ketumbar. Namun variasi genetika yang ada pada indera penciuman yang membuat sebagian orang mampu menerima ketumbar dengan baik.

Menurut Telegraph, sekitar 10 persen populasi terdampak varian gen OR6A2. Umumnya ada pada perempuan dengan garis keturunan dari Eropa.

Temuan dari perusahaan itu, kemudian diperkuat pula penelitian yang dilakukan oleh Profesor Russel Keast dari Deakin University’s School of Exercise and Nutrition Sciences. Penelitiannya itu dipublikasikan pada website resmi universitas itu, bahwa hidung memiliki penerima kecil yang bertanggungjawab untuk mengidentifikasikan berbagai senyawa di udara termasuk yang ada pada makanan. Keast menyebutkan bahwa penerimaan penciuman antara satu orang dan lainnya berbeda-beda. (psr)

Baca Juga:

Naniura, Sajian Ikan Berempah Favorit Raja Batak di Negeri Aing

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan