Penelitian Efek Rasa Sabun pada Ketumbar Berasal dari Gen


Ketumbar yang tidak disukai karena ada rasa sabun. (Foto: Pixabay/6689062)
KETUMBAR dan daunnya bagi masyarakat Asia menjadi rempah yang membuat masakan menjadi lebih sedap. Namun berbeda dengan masyarakat di barat. Tak semua orang menyukai rempah yang disebut coriander di Eropa dan cilantro di Amerika.
Umumnya yang tak menyukai rempah ketumbar ini menganggap rasanya seperti sabun. Akibatnya masakan yang dibuat tak bisa mereka makan.
Baca Juga:

Ternyata rasa 'sabun' ini memancing ilmuwan untuk mengkajinya lebih jauh. Mereka melihat bahwa ketumbar yang merupakan rempah ini memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Namun tak semua orang dapat menerima rasa ketumbar.
Di tahun 2012, Nicholas Eriksson, ahli genetika, bersama timnya menemukan adanya hubungan antara genetika dengan rasa ketumbar. Mereka menemukan bahwa ketidaksukaan pada ketumbar ini ada dalam varian genetika seputaran indera penciuman.
Riset yang kemudian dipublikasikan di Universitas Cornell ini membuka tabir genetika yang mendorong orang tak menyukai ketumbar. Mereka menyebutnya sebagai kluster OR6A2. Ini yang membuat orang kemudian seolah-olah merasakan sabun bila mengonsumsi ketumbar.
Melihat hasil riset itu, perusahaan testing DNA, 23andMe, mereka ingin menguji kembali bahwa ketidaksukaan pada ketumbar merupakan sifat atau ciri dari genetika.
Dengan sekitar 50 ribu klien, mereka mengumpulkan semua datanya. Perusahaan ini tidak memisahkan klien yang suka atau tidak menyukai ketumbar. Mereka melakukan perbandingan DNA antara orang yang menyukai dan tidak menyukai ketumbar. Tentunya yang berhubungan dengan rasa 'sabun' itu.
Baca Juga:

Hasil penelitain perusahaan yang dipublikasi melalui blog itu, mengungkapkan bahwa ketumbar memiliki senyawa yang dinamakan aldehydes. Senyawa ini untuk sebagian orang memberikan rasa fruity dan hijau (sayuran). Sementara yang tidak menyukai merasakan 'sabun' dan pedas.
Dilansir dari Mirror, satu dari delapan gen pada SNP memiliki kode OR6A2 yang mampu mendeteksi senyawa aldehydes yang ada pada ketumbar. Namun variasi genetika yang ada pada indera penciuman yang membuat sebagian orang mampu menerima ketumbar dengan baik.
Menurut Telegraph, sekitar 10 persen populasi terdampak varian gen OR6A2. Umumnya ada pada perempuan dengan garis keturunan dari Eropa.
Temuan dari perusahaan itu, kemudian diperkuat pula penelitian yang dilakukan oleh Profesor Russel Keast dari Deakin University’s School of Exercise and Nutrition Sciences. Penelitiannya itu dipublikasikan pada website resmi universitas itu, bahwa hidung memiliki penerima kecil yang bertanggungjawab untuk mengidentifikasikan berbagai senyawa di udara termasuk yang ada pada makanan. Keast menyebutkan bahwa penerimaan penciuman antara satu orang dan lainnya berbeda-beda. (psr)
Baca Juga:
Naniura, Sajian Ikan Berempah Favorit Raja Batak di Negeri Aing
Bagikan
Berita Terkait
Remaja China Kencingi Kuah Hotpot, Diharuskan Ganti Rugi Rp 4,7 Miliar

'Demon Slayer: Infinity Castle' Jadi Inspirasi Kolaborasi Menu Minuman Eksklusif

Jeritan UMKM di District Blok M, Harga Sewa Naik Langsung Bikin Tenant Cabut

Menemukan Ketenangan dan Cita Rasa Bali di Element by Westin Ubud, Momen Sederhana Jadi Istimewa

Karyawan Palsukan Tanggal Kedaluwarsa, Jaringan Ritel Jepang Hentikan Penjualan Onigiri

Oase Seribu Rasa di Arena Lakeside Kemayoran, Sajikan Kelezatan Nusantara dan Asia Tenggara dengan Sentuhan Modern

Berburu Promo Makanan di 17 Agustus, dari Potongan Harga sampai Tebus Murah

Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Bertualang Rasa di Senopati, ini nih Rekomendasinya
Gerakan ’SAPU PLASTIK’ Kumpulkan 2,5 Ton Limbah, Beri Apresiasi Pelanggan dengan Diskon 20 Persen
