Pemerintah Jaga Aset Investasi Hindari Dampak Konflik Iran-Israel

Selasa, 16 April 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Kawasan Timur Tengah semakin memanas, setelah Iran membalas serangan Israel ke konsulatnya di Damaskus dengan meluncurkan drone dan rudak ke wilayah Israel. Panasnya kondisi ini, diyakini berdampak pada kondisi ekonomi global terutama harga minyak mentah dunia.

Kementerian Koordinator bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menyiapkan langkah mitigasi untuk meredam dampak dari eskalasi konflik di Timur Tengah, terutama pascaserangan Iran ke Israel pada Sabtu malam (13/4).

Baca juga:

Jokowi Arahkan RI Ambil Sikap Deeskalasi dalam Konflik Iran-Israel

"Tentu berbagai skenario sudah dibahas. Tentunya menjaga defisit dalam rentang diperbolehkan oleh undang-undang," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai menghadiri rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/4).

Dari sisi perekonomian, terjadi lonjakan harga minyak akibat serangan Israel ke kedutaan Iran di Damaskus dan juga terhadap retaliasi yang dilakukan Iran.

Saat ini, Selat Hormuz dan Laut Merah menjadi simpul penting ekspedisi minyak global yang membutuhkan mitigasi atas dampak konflik di Timur Tengah terhadap peningkatan biaya angkut atau freight cost sektor pelayaran.

"Selat Hormuz itu ada 33 ribu kapal minyak dan Laut Merah sekitar 27 ribu," katanya.

Airlangga menilai fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih cukup kuat dengan pertumbuhan 5 persen dan inflasi terkendali. Neraca perdagangan Indonesia juga masih surplus dengan cadangan devisa mencapai USD 136 miliar.

"Dari segi pasar keuangan, dolar indeks mengalami penguatan di tengah rilis data ekonomi Amerika yang menunjukkan penguatan. Mitigasi yang kini dilakukan adalah menjaga aset investasi yang aman di saat kondisi ekonomi dunia terguncang oleh geopolitik, " kata Airlangga.

"Tentu yang harus dimitigasi adalah beralihnya aset ke safe haven, dalam hal ini US dolar, emas, nikel, yang juga mengalami kenaikan," katanya.

Menurut Airlangga nilai tukar dan indeks harga saham global mengalami pelemahan. Tetapi, Indonesia dibandingkan peer countries relatif masih dalam situasi aman.

"Perlu melakukan beberapa kebijakan, antara lain kebijakan fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN dan memonitor kenaikan logistik dan kenaikan harga minyak," ujarnya.

Guncangan geopolitik menyebabkan volatilitas jangka pendek, bukan penurunan pasar jangka panjang. Di mana, dampak jangka pendek yang terlihat adalah ancaman inflasi akibat kembali melonjak akibat harga minyak dunia. Saat ini harga minyak telah menyentuh USD 90 per barel. (*)

Baca juga:

Jokowi Siapkan Langkah Antisipasi Eskalasi Konflik Pasca-Serangan Iran

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan