Parents, Hindari Perilaku yang Berpotensi Merusak Mental Anak
Rabu, 17 Maret 2021 -
MENJADI orangtua bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak ada 'sekolah khusus' menjadi orangtua yang mungkin bisa mempermudah kamu dalam mendidik dan berperilaku di depan anak. Orangtua tidak hanya perlu teliti dalam memilih pola asuh yang tepat bagi sang buah hati, tetapi juga memperhatikan cara bersikap di hadapan anak sehari-hari.
Dilansir ncbi.nlm.nih.gov, anak merupakan cerminan dari orangtuanya. Apa yang dilakukan orangtua setiap hari akan direkam memori anak. Untuk itu, penting bagi orangtua untuk membuang ego saat sedang berinteraksi dengan si buah hati. Kata-kata menyakitkan yang tak sengaja dilontarkan orangtua akan menjadi luka abadi yang merusak mental anak dan terbawa hingga mereka tumbuh dewasa.
BACA JUGA:
Relasi Ujaran Kebencian di Twitter dengan Kekerasan Terhadap Perempuan
1. Orangtua selalu benar

Umumnya orangtua selalu merasa paling benar di hadapan anak-anaknya. Ketika anak melakukan kesalahan, kamu menghakiminya secara brutal hingga dia merasa menjadi anak yang gagal dan mengecewakan. Padahal orangtua bisa saja salah di beberapa situasi. Jangan malu untuk meminta maaf kepada anak apalagi jika kamu sudah terbukti salah.
2. Melanggar privasi anak

Melanggar privasi anak sama saja membunuh karakternya sejak kecil. Meskipun masih di bawah umur dan memerlukan pengawasan orangtua, anak tetap membutuhkan privasinya sendiri untuk belajar menjadi orang dewasa. Orangtua wajib memberikan kepercayaan penuh di beberapa kesempatan agar anak bisa mencari jati dirinya sendiri.
3. Gengsi memberikan apresiasi

Orangtua wajib memberikan apresiasi penuh meskipun anak belum berhasil menjadi juara satu baik di bidang akademik mau pun non-akademik. Dukungan orangtua dalam segala hal yang dilakukan oleh anak mempengaruhi karakternya ketika dewasa nanti. Jika kamu terlalu gengsi memberikan apresiasi kepada anak, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup.
4. Terlalu ketat

Masa kecil hingga remaja merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk berinteraksi secara luas. Boleh saja orangtua merasa khawatir ketika anak ingin pergi bersama teman-temannya. Tetapi bukan berarti kamu berhak melarang anak sepanjang waktu. Biarkanlah anak bersosialisasi dengan bebas di bawah pengawasan orangtua agar mudah beradaptasi di lingkungan kerja ketika sudah dewasa.(mar)