Parenting

Parents, Hindari Perilaku yang Berpotensi Merusak Mental Anak

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 17 Maret 2021
Parents, Hindari Perilaku yang Berpotensi Merusak Mental Anak

Perilaku orangtua tanpa disadari memengaruhi kesehatan mental anak. (Foto_ Pixabay_ Tumisu)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MENJADI orangtua bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak ada 'sekolah khusus' menjadi orangtua yang mungkin bisa mempermudah kamu dalam mendidik dan berperilaku di depan anak. Orangtua tidak hanya perlu teliti dalam memilih pola asuh yang tepat bagi sang buah hati, tetapi juga memperhatikan cara bersikap di hadapan anak sehari-hari.

Dilansir ncbi.nlm.nih.gov, anak merupakan cerminan dari orangtuanya. Apa yang dilakukan orangtua setiap hari akan direkam memori anak. Untuk itu, penting bagi orangtua untuk membuang ego saat sedang berinteraksi dengan si buah hati. Kata-kata menyakitkan yang tak sengaja dilontarkan orangtua akan menjadi luka abadi yang merusak mental anak dan terbawa hingga mereka tumbuh dewasa.

BACA JUGA:

Relasi Ujaran Kebencian di Twitter dengan Kekerasan Terhadap Perempuan

1. Orangtua selalu benar

orangtua
Orangtua tidak pernah merasa salah. (Foto: Pixabay_ Endho)

Umumnya orangtua selalu merasa paling benar di hadapan anak-anaknya. Ketika anak melakukan kesalahan, kamu menghakiminya secara brutal hingga dia merasa menjadi anak yang gagal dan mengecewakan. Padahal orangtua bisa saja salah di beberapa situasi. Jangan malu untuk meminta maaf kepada anak apalagi jika kamu sudah terbukti salah.

2. Melanggar privasi anak

orangtua
Orangtua memaksa untuk melanggar privasi anak. (Foto: Pixabay_ iAmMrRob)

Melanggar privasi anak sama saja membunuh karakternya sejak kecil. Meskipun masih di bawah umur dan memerlukan pengawasan orangtua, anak tetap membutuhkan privasinya sendiri untuk belajar menjadi orang dewasa. Orangtua wajib memberikan kepercayaan penuh di beberapa kesempatan agar anak bisa mencari jati dirinya sendiri.

3. Gengsi memberikan apresiasi

orangtua
Tidak pernah mengakui kehebatan anak. (Foto: Pixabay_ Victoria_Borodinova)

Orangtua wajib memberikan apresiasi penuh meskipun anak belum berhasil menjadi juara satu baik di bidang akademik mau pun non-akademik. Dukungan orangtua dalam segala hal yang dilakukan oleh anak mempengaruhi karakternya ketika dewasa nanti. Jika kamu terlalu gengsi memberikan apresiasi kepada anak, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup.

4. Terlalu ketat

orangtua
Mengekang seluruh kegiatan anak. (Foto: Pixabay_ lechenie-narkomanii)

Masa kecil hingga remaja merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk berinteraksi secara luas. Boleh saja orangtua merasa khawatir ketika anak ingin pergi bersama teman-temannya. Tetapi bukan berarti kamu berhak melarang anak sepanjang waktu. Biarkanlah anak bersosialisasi dengan bebas di bawah pengawasan orangtua agar mudah beradaptasi di lingkungan kerja ketika sudah dewasa.(mar)

#Parenting #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.

Berita Terkait

Indonesia
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Kemenkes membuka layanan healing 119.id bagi warga yang mengalami stres, depresi atau memiliki keinginan bunuh diri.
Wisnu Cipto - Kamis, 30 Oktober 2025
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Indonesia
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Tercatat, ada sekitar 20 juta rakyat Indonesia didiagnosis mengalami gangguan kesehatan mental dari data pemeriksaan kesehatan jiwa gratis yang dilakukan.
Wisnu Cipto - Kamis, 30 Oktober 2025
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Dunia
Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Sepuluh terdakwa menyebarkan apa yang oleh jaksa digambarkan sebagai ‘komentar jahat’ mengenai gender dan seksualitas Brigitte.
Dwi Astarini - Kamis, 30 Oktober 2025
  Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Fun
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Merawat diri tidak lagi sekadar urusan penampilan fisik, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan emosional.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Lifestyle
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lavender dan chamomile kerap menjadi pilihan utama dalam praktik mindful parenting.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Periode libur long weekend di Agustus ini jadi saat yang tepat untuk mengunjungi kolam renang.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 17 Agustus 2025
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Indonesia
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Perlu diiringi dengan edukasi yang mencakup tiga elemen kunci yakni anak, orangtua, dan tenaga pendidik.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Bagikan