Pandemi Bikin Utang Dunia Melonjak, Terbesar Sejak Perang Dunia II

Kamis, 16 Desember 2021 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Pandemi COVID-19 dan resesi yang dalam, membuat hampir seluruh negara mengalami lonjakan utang. Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat, utang global naik 28 poin persentase menjadi 256 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2020.

Utang global melonjak ke rekor USD 226 triliunpada 2020. Di mana, lonjakan utang dalam satu tahun ini, terbesar sejak Perang Dunia II.

Baca Juga:

Perkuat Listrik di Jawa, PLN Tambah Utang Rp 8,7 Triliun Pada ADB

Direktur Departemen Urusan Fiskal IMF Vitor Gaspar, menulis dalam sebuah blog, memaparka, peningkatan utang sangat mencolok di negara-negara maju, di mana utang publik naik dari sekitar 70 persen PDB pada 2007 menjadi 124 persen dari PDB pada 2020.

Sementara itu, utang swasta naik pada kecepatan yang lebih moderat dari 164 menjadi 178 persen PDB pada periode yang sama, menurut IMF.

Para pejabat IMF mencatat bahwa tantangan penting bagi pembuat kebijakan adalah "meramu campuran yang tepat dari kebijakan fiskal dan moneter dalam lingkungan utang yang tinggi dan inflasi yang meningkat," karena lonjakan utang memperkuat kerentanan.

Bahkan, risiko akan diperbesar jika suku bunga global naik lebih cepat dari yang diperkirakan dan pertumbuhan goyah. Pengetatan kondisi keuangan yang signifikan akan meningkatkan tekanan pada pemerintah, rumah tangga, dan perusahaan yang paling banyak berutang.

IMF memperkirakan, beberapa negara, terutama yang memiliki kebutuhan pembiayaan bruto yang tinggi atau eksposur terhadap volatilitas nilai tukar, mungkin perlu melakukan penyesuaian lebih cepat untuk menjaga kepercayaan pasar dan mencegah tekanan fiskal yang lebih mengganggu.

Selain itu, pandemi dan kesenjangan pembiayaan global menuntut kerja sama dan dukungan internasional yang kuat dan efektif untuk negara-negara berkembang, catat mereka.

Dikutip Antara, peringatan pejabat IMF datang ketika Federal Reserve AS pada Rabu (15/12) diperkirakan akan mengumumkan mempercepat pengurangan pembelian aset dan mulai menaikkan suku bunga pada 2022, yang dapat mendorong biaya pinjaman global naik di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga:

PKS Desak Pemerintah Atasi Utang Jumbo BUMN

The Fed mulai bulan lalu mengurangi program pembelian aset bulanan USD 120 miliar sebesar USD 15 miliar. Pada kecepatan ini, The Fed akan mengakhiri pembelian asetnya pada Juni tahun depan.

Selain itu, beberapa pejabat Fed dan ekonom telah mendesak bank sentral untuk mempercepat laju tapering guna memberikan lebih banyak kelonggaran untuk menaikkan suku lebih cepat di tengah tekanan inflasi.

Paling tidak, dari survei Bloomberg yang dirilis Senin (13/12), The Fed akan menggandakan laju tapering menjadi USD 30 miliar per bulan, mulai Januari dan berakhir pada Maret. (*)

Baca Juga:

Utang Luar Negeri Indonesia Cuma Turun USD 1,5 Miliar di Oktober 2021

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan