Overthinking Itu Enggak Penting
Rabu, 17 April 2024 -
MerahPutih.com - Overthinking sering banget muncul dalam percakapan keseharian dan di dunia media sosial. Apa sih sebenarnya overthinking?
Secara harfiah, overthinking berarti berpikir berlebihan. Berdasarkan kamus Cambridge, overthinking adalah tindakan memikirkan sesuatu secara berlebihan dengan cara yang tidak berguna.
Overthinking mengacu pada proses pemikiran yang berulang, tidak produktif, dan cenderung khawatir terhadap sesuatu yang sebenarnya belum pasti terjadi.
Ada beda antara memikirkan masa lalu dan masa kini dengan mengulang-ulang hal yang telah berlalu atau khawatir dengan masa depan.
Memikirkan terus-menerus hal yang telah berlalu disebut ruminasi. Sedangkan kecenderungan memikirkan prediksi yang negatif disebut khawatir.
Baca juga:
Penyebab Overthinking
Penyebab overthinking dapat berbeda pada tiap orang. Sebab, pengalaman tiap orang juga berbeda-beda. Namun, secara umum, penyebab overthinking mempunyai pola.
Antara lain ketakutan akan keputusan yang salah, pengalaman traumatis, dan gangguan kecemasan seperti general anxiety disorder, social anxiety disorders, atau gangguan obsesif-kompulsif.
Cara Mengatasi Overthinking
Bukan hal mudah untuk mengubah kebiasaan overthinking. Namun, kebiasaan overthinking bisa dicegah dan ditinggalkan.
Perlu kemauan dan tekad yang kuat untuk meninggalkan overthinking. Ketahuilah bahwa overthinking itu sebenarnya enggak penting.
Apa yang dipikirkan belum tentu benar bakal terjadi. Karena itu, orang perlu mengarahkan pikiran ke arah yang lebih rasional.
Baca juga:
Kamu juga dapat mulai berfokus pada pencarian solusi. Dengan begitu, pikiran akan lebih terarah dan lebih konstruktif.
Setelahnya, kamu bisa menghindari penggunaan media sosial yang berlebihan. Terakhir, jangan lupa menerapkan pola hidup sehat. Misalnya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, berolahraga teratur, dan tidur yang cukup.
Namun, jika kamu merasa susah mengatasinya sendirian, kamu bisa mencari bantuan profesional. Terapis dapat membantu penderita dalam menghalau pikiran negatif, mengembangkan mekanisme penanganan (coping mechanism) yang lebih sehat, dan memberikan dukungan dalam mengelola kekhawatiran pasien. (dru)
Baca juga: