Negara Paling Bahagia 2022 Diumumkan

Selasa, 22 Maret 2022 - Dwi Astarini

PERTANYAANNYA: ‘apakah bisa merasa bahagia di tengah masa sulit ini?’. Nyatanya, pandemi membawa hal lain selain kehilangan yang menyakitkan serta ketidakpastian yang tak berujung. Hal itu bernama kebaikan hati. Welas asih telah merebak di berbagai belahan dunia seiring meluasnya wabah COVID-19.

Itulah temuan kunci dalam World Happiness Report, sebuah publikasi dari UN Sustainable Development Solutions Network. Laporan itu, seperti dilansir CNN, menggambarkan survei global di sekitar 150 negara.

BACA JUGA:

5 Fakta Menarik Tentang Segitiga Bermuda, Tempat Paling Misterius di Bumi

Pada tahun ke-10 ini, laporan tersebut melihat kebahagiaan di seluruh penjuru dunia serta faktor yang mendorong kepada kebahagiaan yang lebih besar. Dengan tambahan serangan COVID-19 selama dua tahun ini, data yang ditemukan tak terduga. “Kejutan terbesarnya ialah, secara tak terkoordinasi, ada peningkatan global dalam jumlah besar welas asih yang tecermin dalam tiga bentuk seperti ditanyakan dalam survei dunia Gallup,” kata John Helliwell, satu dari tiga editor yang membuat laporan tersebut, kepada CNN Travel.

Helliwell menjabarkan angka donasi amal, membantu orang asing, dan menjadi volunter menunjukkan kenaikan. “Terkhusus praktik menolong orang asing di 2021 naik dalam jumlah yang cukup besar di seluruh dunia,” jelasnya.

Laporan itu menyebut angka rata-rata global ketiga indikator welas asih naik sekitar 25 persen di 2021jika dibandingkan dengan sebelum pandemi. Tindakan kemanusiaan juga menjadi yang teratas diserukan ketika merespons invasi Rusia ke Ukraina.

Negara-negara Nordik ialah yang paling bahagia

finlandia
Finlandia ada di puncak daftar negara yang paling bahagia di 2022.(foto: pexels-gerhard-lipold)

Terlepas dari temuan menarik tentang welas asih di masa sulit ini, negara-negara Nordik kembali menempati jajaran atas negara paling bahagia. Finlandia kembali disebut World Happiness Report sebagai negara yang paling bahagia. Gelar itu menempel di negara tersebut selama 5 tahun berturut-turut. Pemeringkatan dilakukan berdasarkan evaluasi kehidupan dalam survei dunia Gallup.

Negara-negara Nordik, termasuk daerah di sekitarnya seperti Denmark, Norwegia, Swedia, dan Islandia, punya nilai tinggi dalam ukuran yang menjelaskan temuan laporan ini. Hal itu meliputi harapan hidup sehat, PDB per kapita, dukungan sosial di masa sulit, tingkat korupsi yang rendah dan kepercayaan sosial yang tinggi, kemurahatian dalam komunitas dengan setiap orang saling memerhatikan, dan kebebasan membuat keputusan penting dalam hidup.

Denmark ada di posisi kedua tahun ini, diikuti Islandia. Di posisi empat ada Swiss. Negara Belanda dan Luksemburg ada di posisi lima dan enam.

Sementara itu, Swedia dan Norwegia ada di posisi tujuh dan delapan. Israel ada di posisi kesembilan dan Selandia Baru menutup 10 besar.

Menemukan kebahagiaan di masa sulit

helping
Menolong dan saling menguatkan di masa sulit menjadi sumber kebahagiaan. (foto: pexels-pixabay)

Seiring memasuki tahun kedua pandemi global COVID-19, laporan ini mengungkap angka kecemasan dan stres menurun. Meski angka kecemasan dan stres masih naik 4 persen di 2021, peningkatan itu relatif lebih rendah ketimbang 8 persen pada 2020. “Menurutku, salah satu yang membuatnya tak terlalu melonjak tahun ini ialah semua orang telah sedikit mengetahui apa yang dihadapi di tahun kedua ini, bahkan jika nantinya ada kejutan baru,” kata Helliwell.

Ia mengakui ada perasaan bahwa krisis menunjukkan sisi terbaik atau terburuk dari sebuah masyarakat. “Namun, secara umum, orang-orang terlalu pesimitis memandang niat baik dalam lingkungan mereka. Oleh karena itu, ketika bencana terjadi dan mereka melihat orang lain merespons secara positif dengan menolong, hal itu memunculkan opini mereka, baik untuk diri mereka ataupun sesama warga,” katanya.

Ia menambahkan, kepercayaan kepada orang lain dan evaluasi menyeluruh pada kehidupan akan muncul dalam situasi yang dinilai sebagai ‘waktu yang buruk’. “Namun, apa yang terjadi di sini ialah orang-orang bekerja bersama untuk menghadapi masa-masa buruk ini,” jelasnya.

Mengenai perang yang tengah berkecamuk di Ukraina, Helliwell mengatakan hal itu bisa berarti guncangan dalam hal kebahagiaan bagi mereka di belahan dunia lain. “Mereka yang hanya melihat perang dari layar kaca mungkin akan merasa beruntung karena mereka tak berada di sana. Di lain hal, ada juga mereka yang merasa bersimpati atas perang yang tengah terjadi,” ujarnya.

Bagaimanapun, ia menyebut kedua reaksi tersebut sebagai hal yang wajar. “Keduanya memainkan peran berlawanan untuk terciptanya sebuah keseimbangan,” imbuhnya.

Semoga saja, kenaikan dalam angka welas asih di tahun ini akan berlanjut di 2022 ini dan tahun-tahun berikutnya.(dwi)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan