Menteri Kebudayaan Fadli Zon Resmi Membuka Art Jakarta Gardens 2025
Rabu, 23 April 2025 -
MerahPutih.com - Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, secara resmi membuka gelaran Art Jakarta Gardens 2025 yang berlangsung di Hutan Kota by Plataran.
Acara ini merupakan agenda tahunan dari Art Jakarta yang secara khusus menghadirkan instalasi seni ruang terbuka, menampilkan karya dari para seniman Indonesia yang penuh talenta.
Dalam pembukaannya, Selasa (22/4), Fadli Zon menekankan bahwa kehadiran Art Jakarta Gardens menjadi bukti konkret dari upaya pemajuan kebudayaan yang menitikberatkan pada keterlibatan publik, penguatan ekosistem kreatif, serta mendukung prinsip keberlanjutan lingkungan.
Baca juga:
Art Jakarta Gardens Siap Tampilkan 25 Galeri dari Berbagai Seniman di Indonesia
Menurutnya, seni rupa memiliki kekuatan sebagai sarana membangun semangat kolektif, mempererat hubungan antarmanusia, serta menumbuhkan harapan dan optimisme.
Lebih jauh, Fadli juga mengungkapkan harapannya agar melalui ajang seperti ini, seni rupa Indonesia dapat menembus panggung internasional dan memperoleh pengakuan yang lebih luas.
"Saya berharap lewat pameran yang digelar di tempat seindah ini, kita dapat terus mengembangkan ekosistem seni rupa kontemporer Indonesia agar semakin dikenal dan dihargai di tingkat global," ujar Fadli Zon.
Baca juga:
3 Instalasi Menarik yang Sayang Bila Dilewatkan di Pameran Art Jakarta Gardens 2025
Sementara itu, AJG menampilkan 25 galeri dari berbagai kota di Indonesia, Art Jakarta Gardens menghadirkan format unik yang memadukan presentasi terkurasi dengan lanskap taman kota di jantung Jakarta.
"Art Jakarta Gardens awalnya merupakan inisiatif sederhana, sebagai alternatif penyelenggaraan pameran seni rupa untuk menyiasati keadaan saat pandemi. Ternyata, tanggapan rekan-rekan galeri, seniman, dan juga masyarakat umum sangat baik," ucap Artistic Director Enin Supriyanto.
Selain itu, panggung musik Art Jakarta Gardens akan menampilkan para musisi kawakan, di antaranya FLOAT, Sal Priadi, Reda Gaudiamo, dan R E M (Rien Djamain, Ermy Kulit, dan Margie Segers), sedangkan panggung karya performans menampilkan Prehistoric Body Theater, lewat 'A Song for Sangiran 17', yang menjelajahi keterhubungan antara warisan peninggalan purba dan praktik ketubuhan kontemporer. (far)