Mengenal Asal-Usul Orang Mentawai Lewat Bermacam Kisah
Selasa, 23 Oktober 2018 -
DARI Nias, seorang pria memberanikan diri berlayar meninggalkan pulau demi mencari lahan baru untuk bercocok tanam. Istri dan seorang anaknya sementara beliau tinggalkan di kampung. Berangkat dengan alasan akan kembali, beliau mendayung perahunya hingga jauh.
Angin berpihak kepadanya. Pria tersebut di antarkan ke sebuah pulau yang saat ini dekenal dengan nama Siberut di Mentawai. Ia berlabuh tepat di sebelah Barat pulau tersebut. Tanpa menunggu lama, sesuai niat awal lahan di bukanya.

"Setelah membuka lahan ia kembali ke Nias untuk menjemput keluarganya, istri dan anaknya yang bernama Tawe," tulis Bambang Rudit dalam tesisinya berjudul 'Fungsi Upacara Bebeitei Uma pada Orang Mentawai'.
Mulai saat itulah, pulau ini dikenal dengan nama Ametawe. Nama ini berasal dari bahasa Nias yang berarti 'Ayah Tawe'. Seiring pergeseran waktu pembancaan Ametawe menjadi Mentawe dan pada akhirnya dikenal sebagi Mentawai.
Kisah di atas merupakan cerita tentang asal mula Mentawai dari masyarakat Nias yang berada jauh di Utara pulau Siberut. Mentawai sendiri juga memiliki kisah tentang asal mulanya. Begini ceritanya.
Menurut masyarakat Mentawai, nama Mentawai diambil dari kata Simateu sebuah sebutan pemuda dalam bahasa setempat. Simateu sebenarnya berasal dari nama seorang pemuda yang bernama Mateu. Kata tambahan Si lahir karena kebiasaan masyarakat setiap menceritakan Mateu selalu diawali dengan si.

"Kata ini sering diucapkan penduduk hingga sekarang untuk menunjukkan diri sebagi orang Mentawai, atau pemuda Mentawai," tulis Bambang.
Namun jika merujuk pada pendapat alhi, masyarakat Mentawi termasuk dalam ras proto-Melayu terutama mereka yang mendiami daerah timur laut Siberut. Pendapat ini di kemukakan oleh seorang ahli fisik, Van Beukering dalam Coronese 1986 halaman 23.
Sementara, Hetty Nooy-Palm halaman 158 menuliskan bahwa masyarakat Mentawai yang mendiami di daerah Sipora dan Pagai merupakan ras detero-Melayu. Perbedaan ini secara prinsip hampir tidak ada, hanya saja proto-Melayu lebih menjurus ke Mongoloid dibanding dengan detero-Melayu. (*)