Mengapa Darah Manusia Dibedakan Jadi Empat Golongan. A, B, AB, dan O? Ini Alasannya!

Selasa, 17 September 2019 - P Suryo R

HARI ini tanggal 17 September 2019 adalah Hari Palang Merah Indonesia (PMI). Di tahun 2019 ini PMI genap berumur 74 tahun. Kalau ingat PMI yang terbersit di kepala adalah darah.

Sebenarnya PMI tak hanya berkutat di bidang darah. Namun memang PMI memiliki tugas menampung darah dari para pendonor. Kalau sahabat Merah Putih yang pernah melakukan donor darah pasti harus ingat golongan darahnya. Ini untuk mempermudah manajemen pengelolaan darah yang ada. Darah manusia dapat digolongkan ke dalam empat jenis, yakni A, B, AB dan O.

Baca Juga:

Sebelum Jadi Pendonor Darah, Persiapkan 4 Hal Penting Ini

darah
Darah yang tidak segolongan akan menggumpal di dalam tubuh. (Foto: Pixabay/qimono)


Mengapa harus ada penggolongan darah? Kemudian apa itu rhesusnya? Yang jelas darah bukan dibagi jadi empat golongan buat gampang bedain sifat orang.

Ternyata darah dibagi jadi empat golongan supaya enggak berantem dalam tubuh. Yap, biar enggak berantem. Soalnya jika ada darah yang berbeda golongan masuk ke dalam tubuh, darah tersebut nantinya akan menggumpal dan menyebabkan kematian.

Fakta tersebut ditemukan oleh ilmuwan bernama Karl Landsteiner di awal abad ke-20. Dilansir dari laman BBC, ia awalnya membagi darah jadi tiga golongan, A, B, dan C.

darah
Penggolongan darah bukan semata-mata untuk manajemen pengelolaan darah saja. (Foto: Pixabay-sabinurce)

Darah C ini nantinya dikenal sebagai golongan darah O. Beberapa tahun setelah penemuan Landsteiner, peneliti lain menemukan bahwa masih ada satu golongan darah lagi yaitu AB.

Mengapa darah yang golongannya berbeda dapat menggumpal ketika disatukan? Ini karena masing-masing golongan darah memiliki antigen dan antibodinya masing-masing. Antigen dan antibodi ini saling bertolakbelakang.

Baca Juga:

Daging Kambing Baik untuk Penambah Darah saat Anemia

darah
Darah digolongkan dalam 4 golongan; A. B, AB dan O. (Foto: Pixabay/TesaPhotography)


Jadi orang bergolongan A memiliki antigen A dan antibodi B. Golongan B memiliki antigen B dan antibodi A. Golongan B memiliki antigen AB namun tidak memiliki antibodi. Lalu golongan O tidak memiliki antigen (aktif) dan memiliki antibodi A dan B.

Jadi kalau antibodi mendeteksi ada antigen yang memiliki identitas yang sama, mereka akan menyerang sel darah tersebut. Inilah yang menyebabkan penggumpalan darah yang dapat berujung kematian.

Tapi penggolongan darah tak berhenti sampai situ saja. Ilmuwan bernama Philip Levine menemukan bahwa masing-masing golongan pun masih memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut nantinya ia bahasakan dengan nama rhesus.

Rhesus ini juga akan mempengaruhi kecocokan masing-masing darah. Oleh sebab itu saat mendonorkan darah, tak hanya golongan darah kita saja yang dicek. Tetapi rhesusnya juga. (sep)


Baca Juga:

Waspada Gejala Kanker Darah, Salah Satunya Sering Mimisan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan