Perceraian dan Dampaknya bagi Anak
Jumat, 23 Juli 2021 -
PERCERAIAN merupakan hal yang tidak diinginkan banyak orang. Namun, karena sebuah masalah yang cukup fatal, perceraian tak terelakkan.
Dampak dari perceraian cukup banyak. Baik bagi pasangan yang bercerai, maupun bagi anak-anak mereka.
Baca Juga:
Anak broken home akibat orangtuanya yang bercerai mungkin akan merasa kehilangan, ketakutan ditinggal sendiri, marah kepada orangtua, merasa insecure hingga bingung memilih orangtua yang mana.
Seperti yang dilansir Alodokter, sebuah penelitian mengungkapkan perceraian menimbulkan konsekuensi serius pada kesejahteraan psikologis anak broken home. Dalam hal ini, tak hanya pascaperceraian, tapi juga pada sebelum perceraian.

Sementara itu, pada studi lainnya terungkap bila orangtua yang bercerai minum minuman beralkohol atau terkena kasus pidana, hal itu bisa mengembangkan perilaku antisosial pada sang anak.
Parahnya, perceraian orangtua dapat membuat anak menderita separation anxiety syndrome (SAD). Kondisi tersebut merupakan kondisi seorang anak menjadi takut serta gugup saat berada jauh dari rumah atau terpisah dari orang yang mereka cintai, seperti halnya berpisah dengan orang tua yang bercerai.
Ketakutan tersebut tentunya bisa mengganggu aktivitas normal sang anak. Seperti ketika dia pergi ke sekolah maupun saat bermain bersama teman-temannya.
Untuk jangka panjangnya, dampak perceraian bisa membuat anak menderita depresi, terutama ketika sang anak berusia 20 tauhn lebih.
Perceraian orangtua pun anak memengaruhi sang anak bila dia memiliki hubungan di kemudian hari. Sebuah studi menunjukkan anak-anak dengan orangtua bercerai amat mungkin untuk bercerai juga.
Selain itu, banyak anak broken home, yang memutuskan untuk tidak menikah. Mereka ingin memiliki hubungan asmara dengan orang lain, tapi menahan diri untuk terlibat ke dalam hubungan itu. Bahkan cenderung menjaga jarak.
Baca Juga:

Lebih jauh, anak broken home memiliki keuangan yang kurang stabil jika dibandingkan dengan anak yang memiliki keluarga lengkap. Menurut sebuah studi, anak broken home memiliki prestasi akademik yang lebih rendah, kerap mengonsumsi minuman beralkohol, lebih banyak merokok, dan memiliki tingkat pengangguran lebih tinggi.
Untuk mencegah risiko, pastikan untuk selalu terbuka serta berbagi tentang situasi keluarga dengan anak. Penting juga untuk menjaga komunikasi yang baik untuk perkembangan sang anak di kemudian hari.
Sementara itu, bagi para orang tua, pertimbangkan lagi soal pilihan bercerai ketika terjadi konflik. Sebaiknya mengikuti konseling untuk mengatasi konflik pernikahan, sebelum mengambil keputusan bercerai yang akan berdampak buruk bagi anak. (Ryn)
Baca Juga: