Pandemi Timbulkan Masalah Kulit
Jumat, 17 Desember 2021 -
PANDEMI memaksa kita untuk mengubah gaya hidup dengan cara yang baru. Mulai dari rajin mencuci tangan agar terhindar dari kuman dan virus berbahaya, memakai masker kesehatan, hingga meningkatkan imunitas dengan cara berjemur. Ternyata, perubahan gaya hidup yang terjadi di masa pandemi tersebut telah membawa kita pada berbagai masalah kesehatan kulit.
Spesialis kulit dan kelamin dr Mohammad Yoga Adi Waskito, SpDV menyebutkan masalah kulit yang sering terjadi di masa pandemi ialah dermatitis atau eksim, maskne atau jerawat akibat pemakaian masker, dan kulit kusam akibat cara berjemur yang salah.
"Dermatitis merupakan peradangan pada kulit yang dapat menimbulkan gejala seperti ruam kemerahan, kulit
terasa gatal, kering, dan bersisik," urainya.
Ia mengatakan ada berbagai macam dermatitis dengan berbagai penyebab dan ciri khas karakteristik yang berbeda-beda. Jenis pertama ialah dermatitis atopik. Ada beberapa faktor dapat menjadi penyebab dermatitis atopik, yaitu faktor genetik, kulit kering, gangguan imun, dan faktor lingkungan.
Pada masa pandemi, kita disarankan untuk rajin mandi terutama setelah beraktivitas di luar ruangan. Meskipun itu merupakan hal baik, bagi pengidap dermatitis itu bisa jadi tantangan. "Itu akan membuat kulit menjadi lebih kering dan selanjutnya akan terjadi kerusakan pada struktur kulit yang akan menyebabkan proses peradangan lebih lanjut," jelasnya.
Berikutnya ada dermatitis kontak yang terjadi setelah kulit mengalami iritasi atau peradangan akibat adanya paparan bahan kimia atau alergen tertentu yang mengenai kulit. Bahan kimia tersebut antara lain sabun, detergen, cairan pembersih rumah tangga, pewarna, pewangi, nikel, lateks, produk make up, atau perhiasan. Tingginya intensitas kita dalam mencuci tangan dan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol turut meningkatkan potensi dermatitis kontak.

Beberapa masalah kulit butuh waktu lama untuk disembuhkan. "Cara terbaik untuk menghindari eksim kambuh kembali ialah dengan mengenali faktor pencetusnya," ujarnya. Ia menyarankan apabila gejala terus berlanjut, sebaiknya berkonsultasi ke dokter spesialis dermatologi dan venereologi untuk evaluasi lebih lanjut.
Permasalahan kulit lainnya yang juga dihadapi di masa pandemi ialah maskne. Penggunaan masker untuk aktivitas sehari-hari sering kali menimbulkan masalah jerawat atau maskne di area wajah yang tertutup oleh masker, seperti pada dagu, hidung, dan pipi bagian bawah. "Pengunaan masker dalam waktu lama membuat kulit wajah terus bergesekan dengan masker. Kulit wajah mudah berkeringat dan lembap. Hal itu menjadi tempat bagi kuman penyebab jerawat berkembang biak," tutur Yoga.
Beberapa tips yang harus diperhatikan dalam menggunakan masker untuk meminimalisasi maskne, yaitu mengganti masker jika sudah terlalu lembap. Cucilah masker kain setelah dipakai, bersihkan wajah sebelum dan sesudah pakai masker, selalu gunakan pelembap untuk mengurangi gesekan kulit dengan masker, serta selalu oleskan tabir surya dan hindari penggunaan riasan yang terlalu tebal.

Masalah kulit lain yang juga muncul selama pandemi ialah kulit kusam. Hal tersebut sering terjadi akibat cara berjemur yang salah. "Cara berjemur yang benar yaitu saat kisaran UV index 3-5, sekitar 5-15 menit (untuk kulit terang) dan 15-30 menit (untuk kulit yang lebih gelap). Berjemur dilakukan sebanyak 2-3x seminggu dan hanya diperlukan 15 persen bagian dari seluruh badan saja dengan pilihan area badan seperti area punggung, kedua lengan bawah, punggung tangan, dan tungkai bawah, hindari daerah wajah dan leher, lindungi anggota tubuh lain dengan penggunaan topi, kaca mata, dan tabir surya minimal SPF 30 PA+++ yang tahan air," saran Yoga.
Lalu bagaimana jika kulit kita terlanjur kusam terpapar sinar matahari? "Apabila sudah terjadi wajah kusam, flek atau bercak kecoklatan pada wajah dapat dikonsultasikan pada dokter spesialis dermatologi dan venereologi," tukasnya.