Malam Selikuran Ramadan, Keraton Surakarta Kirab Lampu Ting dan 1.000 Tumpeng

Sabtu, 23 April 2022 - Mula Akmal

MerahPutih.com - Keraton Kasunan Haniningkrat mengadakan tradisi malam selikuran Ramadan atau malam 21 hari Ramadan, Jumat (22/4) malam.

Dalam tradisi tersebut diadakan kirab lampu ting dan pembagian sewu tumpeng pada warga.

Baca Juga:

Gibran Sambut Baik Persis Solo Putus Kontrak Sponsor dengan Wilmar

Pantauan Merahputih.com, kirab lampu ting dimulai tepat pukul 21.00 WIB malam. Ratusan abdi dalem keluar dari pintu utama Keraton Kasunanan Surakarta.

Mereka membawa lampu ting bertulislan logo Keraton Surakarta dan lafat Allah. Rombongan kirab berjalan dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Keraton Surakarta.

Selama perjalanan ulama Keraton Surakarta membacakan sholawat diiringi dengan hadrah. Rombongan bagian terakhir membawa 1.000 tumpeng.

Setelah 30 menit kirab selesai, rombongan kirab membawa 1.000 tumpeng ke Masjid Agung untuk didoakan. Setelah itu, 1.000 tumpeng dibagikan pada warga.

Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta, KP Dani Nur Adiningrat, mengatakan kirab malem selikuran ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak Kerajaan Demak dan berkembang sampai Kerajaan Mataram Islam. Agenda budaya ini ini digelar sebagai penanda masuknya sepertiga bulan terakhir Ramadan.

"Karena ini merupakan tradisi sejak Kerajaan Demak kita pertahankan. Keraton Surakarta sebagai penenurus Mataram Islam tetap melestarikannya," kata Dani, Jumat (22/4).

Keraton Kasunan Haniningkrat mengadakan tradisi malam selikuran Ramadan atau malam 21 hari Ramadan, Jumat (22/4) malam. (MP/Ismail)
Keraton Kasunan Haniningkrat mengadakan tradisi malam selikuran Ramadan atau malam 21 hari Ramadan, Jumat (22/4) malam. (MP/Ismail)

Dani mengatakan kegiatan adat Malam Selikuran itu merupakan tradisi adat yang sudah dilestarikan sejak 1939 atau pada masa pemerintahan PB X. Kirab diikuti 500 orang.

"Setibanya di Masjid Agung, ratusan abdi dan sentana langsung menggelar wilujengan dengan doa bersama sebelum akhirnya membagikan tumpeng sewu pada masyarakat yang ada di area Masjid Agung, kata dia

Dikatakannya, makna seribu tumpeng ini simbol dari malam seribu bulan. Dalam tradisi Islam malam itu merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Sementara itu, dalam hal budaya kirab malam selikuran merupakan akulturasi budaya antara agama Islam dan tradisi selamatan masyarakat Jawa.

"Tradisi ini sudah mengakar sejak ratusan tahun silam yang perlu dilestarikan," terang dia.

Ia menambahkan 1.000 tumpeng ini juga sebagai wilujengan atau meminta doa keselamatan untuk semuanya, baik Keraton Kasunanan Surakarta maupun Nagari Republik Indonesia.

Ketua Takmir Masjid Agung Surakarta, HM Muhtarom, mengatakan lampu ting yang dibawa abdi dalem memiliki makna cahaya bulan. Ia berharap dengan ini agar umat Islam bisa memperoleh keutamaan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan ini. (Ismail/Jawa Tengah)

Baca Juga:

Kaesang Pangarep Putus Kerjasama Wilmar di Jersey Persis Solo

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan