Malam Selikuran Ramadan, Keraton Surakarta Kirab Lampu Ting dan 1.000 Tumpeng


Keraton Kasunan Haniningkrat mengadakan tradisi malam selikuran Ramadan atau malam 21 hari Ramadan, Jumat (22/4) malam. (MP/Ismail)
MerahPutih.com - Keraton Kasunan Haniningkrat mengadakan tradisi malam selikuran Ramadan atau malam 21 hari Ramadan, Jumat (22/4) malam.
Dalam tradisi tersebut diadakan kirab lampu ting dan pembagian sewu tumpeng pada warga.
Baca Juga:
Gibran Sambut Baik Persis Solo Putus Kontrak Sponsor dengan Wilmar
Pantauan Merahputih.com, kirab lampu ting dimulai tepat pukul 21.00 WIB malam. Ratusan abdi dalem keluar dari pintu utama Keraton Kasunanan Surakarta.
Mereka membawa lampu ting bertulislan logo Keraton Surakarta dan lafat Allah. Rombongan kirab berjalan dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Keraton Surakarta.
Selama perjalanan ulama Keraton Surakarta membacakan sholawat diiringi dengan hadrah. Rombongan bagian terakhir membawa 1.000 tumpeng.
Setelah 30 menit kirab selesai, rombongan kirab membawa 1.000 tumpeng ke Masjid Agung untuk didoakan. Setelah itu, 1.000 tumpeng dibagikan pada warga.
Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta, KP Dani Nur Adiningrat, mengatakan kirab malem selikuran ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak Kerajaan Demak dan berkembang sampai Kerajaan Mataram Islam. Agenda budaya ini ini digelar sebagai penanda masuknya sepertiga bulan terakhir Ramadan.
"Karena ini merupakan tradisi sejak Kerajaan Demak kita pertahankan. Keraton Surakarta sebagai penenurus Mataram Islam tetap melestarikannya," kata Dani, Jumat (22/4).

Dani mengatakan kegiatan adat Malam Selikuran itu merupakan tradisi adat yang sudah dilestarikan sejak 1939 atau pada masa pemerintahan PB X. Kirab diikuti 500 orang.
"Setibanya di Masjid Agung, ratusan abdi dan sentana langsung menggelar wilujengan dengan doa bersama sebelum akhirnya membagikan tumpeng sewu pada masyarakat yang ada di area Masjid Agung, kata dia
Dikatakannya, makna seribu tumpeng ini simbol dari malam seribu bulan. Dalam tradisi Islam malam itu merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Sementara itu, dalam hal budaya kirab malam selikuran merupakan akulturasi budaya antara agama Islam dan tradisi selamatan masyarakat Jawa.
"Tradisi ini sudah mengakar sejak ratusan tahun silam yang perlu dilestarikan," terang dia.
Ia menambahkan 1.000 tumpeng ini juga sebagai wilujengan atau meminta doa keselamatan untuk semuanya, baik Keraton Kasunanan Surakarta maupun Nagari Republik Indonesia.
Ketua Takmir Masjid Agung Surakarta, HM Muhtarom, mengatakan lampu ting yang dibawa abdi dalem memiliki makna cahaya bulan. Ia berharap dengan ini agar umat Islam bisa memperoleh keutamaan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan ini. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga:
Kaesang Pangarep Putus Kerjasama Wilmar di Jersey Persis Solo
Bagikan
Mula Akmal
Berita Terkait
Keraton Surakarta Gelar Kirab Pusaka Malam 1 Suro, Simak Waktu dan Jalurnya

5.000 Peserta Bakal Ikut Kirab Pusaka Malam 1 Suro Keraton Surakarta

Masjid Agung Surakarta Potong Sapi Milik Prabowo Berbobot 1,019 Ton dan Pemberian Gibran dengan Berat 980 Kg

Cegah Banjir, Petugas Bongkar Paksa Belasan Bangunan tak Berizin di Atas Drainase

Muncul kembali Usulan Daerah Istimewa Surakarta, Juru Bicara Keraton Surakarta Minta Hak Dikembalikan

Keluarga Raja Sebar Uang Receh Saat Kirab Agung PB XIII Naik Takhta

Kawasan Cagar Budaya, Ketua MPR Dorong Revitalisasi Keraton Surakarta

Alun-alun Utara Keraton Surakarta Kembali Dibuka, Gibran Bagikan Susu

2 Gunungan Grebeg Maulud Keraton Surakarta Ludes Direbut Warga Sebelum Didoakan

Sekaten Dimulai, 2 Gamelan Sakral Keraton Surakarta Ditabuh
