Kota-kota yang Paling Berisiko Terkena Dampak dari Perubahan Iklim

Rabu, 08 September 2021 - P Suryo R

URBANISASI tanpa adanya upaya untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim membuat kota-kota menghadapi risiko besar, terutama yang berada di pantai atau dekat perairan.

Kota-kota di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah akan merasakan tantangan perubahan iklim lebih akut karena kemiskinan, pembangunan yang tidak memadai dan ketergantungan yang tinggi pada kekayaan alam.

Baca Juga:

Indonesia Butuh Inovasi Pendanaan Iklim

Proyeksi PBB menunjukkan bahwa lebih dari 70% populasi dunia akan tinggal di kota-kota pada tahun 2050, penduduk kota di lokasi yang paling rentan kemungkinan akan terpengaruh oleh kerusakan infrastruktur, misalnya untuk bangunan dan jalan, yang disebabkan oleh cuaca ekstrem. Namun, mungkin yang lebih mengkhawatirkan adalah risiko kesehatan, seperti akses ke air, peningkatan risiko penyakit dan berkurangnya umur sebagai akibat dari polusi udara.


Jakarta, Indonesia

iklim
Jakarta mengalami masalah polusi udara yang parah (Foto: Unsplash/afif kusuma)

Laporan tahun 2021 oleh analis risiko Verisk Maplecroft menempatkan 576 kota global pada ancaman krisis iklim. Jakarta adalah kota yang paling berisiko mengalami kerusakan lingkungan. Ibukota Indonesia ini terancam dengan keadaan polusi udara yang mengerikan dan diperparah lagi dengan ancaman banjir.

Masalah unik lainnya adalah bahwa Jakarta juga merupakan kota yang paling cepat tenggelam di dunia. Dengan akses terbatas untuk mendapatkan air. Tercatat lebih dari 10 juta penduduk harus menggunakan air tanah yang berkontribusi terhadap penurunan lahannya. Presiden Joko Widodo berencana untuk memindahkan ibu kota Indonesia ke Kalimantan dalam upaya untuk memerangi masalah di masa depan.

Delhi, India

kota
Delhi adalah kota rentan kedua terhadap perubahan iklim (Foto Unsplash ravi sharma)

Laporan risiko yang sama menempatkan Delhi sebagai kota paling rentan kedua terhadap perubahan iklim. Faktanya, 13 dari 20 kota dengan risiko tertinggi ditemukan berada di India, dengan Chennai, Agra dan Kanpur berada di peringkat sepuluh besar. Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan juga telah menempatkan Kolkata dan Mumbai sebagai dua kota teratas yang paling berisiko terkena banjir pesisir pada tahun 2070.

Verisk Maplecroft menemukan bahwa polusi adalah ancaman utama bagi kesehatan penduduk perkotaan India, dan khususnya Delhi, mencatat bahwa udaranya yang berbahaya menyebabkan hampir satu dari lima kematian di India pada 2019. Sementara itu, polusi air ditemukan menyebabkan sekitar 400.000 kematian setiap tahun.


Lima, Peru

kota
Populasi di kota Lima rentan karena masalah infrastruktur yang berkualitas buruk (Foto: Unsplash/alvaro palacios)

Lima telah dinyatakan sebagai kota paling berisiko di Amerika. Polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan merupakan kontributor signifikan terhadap perhitungan ini. Para peneliti di University of Chicago menemukan bahwa jika pedoman Organisasi Kesehatan Dunia tentang tingkat polutan atmosfer terpenuhi, harapan hidup populasi dapat meningkat rata-rata 4,7 tahun. Populasi kota ini sangat rentan sebagai akibat dari masalah perumahan dan infrastruktur yang berkualitas buruk, hal ini dilaporkan oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (US AID).

Baca Juga:

Siklon Tropis Seroja Buktikan Perubahan Iklim Nyata


Lagos, Nigeria

kota
Nigeria terkena ancaman iklim parah karena mereka tidak mampu mengurangi dampaknya (Foto: Unsplash/muhammadtaha ibrahim)

Sementara orang Nigeria sudah terbiasa dengan banjir tahunan yang melanda kota pesisir selama musim hujan negara itu, tahun ini Pulau Lagos mengalami tingkat banjir yang ekstrem. Banjir melumpuhkan aktivitas ekonomi, dengan perkiraan biaya sekitar 57 triliun per tahun. Indeks Kerentanan Perubahan Iklim Verisk Maplecroft mengungkapkan bahwa kota-kota di Afrika akan menjadi lebih buruk terhadap ancaman lingkungan. Bukan hanya karena benua itu yang paling terkena ancaman iklim parah. Yang paling parah adalah kota Lagos tidak mampu mengurangi dampaknya.

Karachi, Pakistan

kota
Pakistan mengalami efek mematikan dari cuaca panas (Foto: Unsplash/kashif afridi)

Dengan populasi lebih dari 16 juta orang, Karachi telah mengalami efek mematikan dari cuaca panas yang ekstrem dalam beberapa tahun terakhir dan sekarang menempati peringkat sebagai kota paling berisiko ke-12 di dunia. Pada tahun 2015, lebih dari 1.200 penduduk kota meninggal akibat gelombang panas dengan suhu mencapai 49 derajat celsius. Di sebelah timur negara itu, Lahore berada di peringkat ke-15 kota paling berisiko. Perkiraan PBB menunjukkan populasi Karachi dapat meningkat menjadi lebih dari 20 juta pada tahun 2030. (Tel)

Baca Juga:

Perubahan Iklim Jadi Penyebab Frekuensi Cuaca Ekstrem Makin Sering

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan