Kisah Miris PSK ABG, Rela Jual Tubuh Demi Hidup Keluarga

Selasa, 28 April 2015 - Eddy Flo

MerahPutih Megapolitan - Sosok perempuan bertubuh mungil berparas cantik berusia 16 tahun yang ditunggu-tunggu datang. Dengan rambut sebahu dan pulasan make up tipis, menambah kesan dewasa perempuan yang sekilas mirip dengan penyanyi terkenal di Indonesia.

"Maaf telat ya," ujarnya sambil mengelap wajah dengan tisu basah. Memang siang itu terik sekali, matahari terasa menyengat. Namun pendingin udara di dalam restoran ternama di bilangan Jakarta Selatan itu, membuat kami tak lagi merasakan udara panas.

Busana santai bermotif bunga-bunga dan celana panjang jins ketat berwarna hitam, memang menggugah mata lelaki untuk melihatnya. Betul-betul cantik memesona.

Sebut saja namanya Bunga, seorang pekerja seks komersial (PSK) berusia belia yang kemudian ingin disebut PSP (pekerja seks perempuan).

"Komersial kesannya gimana gitu," ujarnya sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya yang rapih.

Tidak seperti yang dibayangkan, Bunga mengaku bukanlah PSP yang menjajakan diri secara konvensional. Dia tidak memajang tubuhnya di jalan, melainkan memperkenalkan dirinya melalui sosial media dan jaringan yang dimilikinya. Ia hanya menerima lelaki dengan kriteria tertentu.

"Saya ingin jelas lelaki yang menggunakan jasa saya. Tidak ingin asal-asalan menerima pelanggan. Mangkanya, sebelum 'eksekusi' saya harus memastikan dahulu pelanggan saya," tuturnya.

Bagaimana cara memastikannya?

Bunga menjelaskan dengan sederhana. Menurutnya, setelah mengetahui nomor kontak, ada pertanyaan sederhana yang ia ajukan. Mau bertemu dimana?

"Saya tidak mau di tempat saya karena saya enggak kos. Saya dari rumah, jadi kalau bertemu di hotel berbintang 4 atau 5, atau tempat-tempat yang prestisius, saya percaya tahap awal," ujarnya membuka pembicaraan.

"Tapi kalau bertemu di tempat yang kurang cocok, saya akan tolak. Kalaupun cocok saya enggak mau langsung masuk kamar, harus bertemu di luar dahulu, misalnya di restoran hotel untuk memastikan lelaki itu akan memperlakukan saya dengan baik," tuturnya.

Bunga melakukan syarat itu agar ia bisa mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Apalagi ia mengikuti pemberitaan tentang pembunuhan janda bohay Mpih.

"Serem dengarnya," tutur Bunga kepada Merahputih.com.

Menjadi PSP di usia yang masih belia memang bukanlah cita-cita Bunga. Kisah dramatis dalam kehidupannya setahun lalu, membuatnya terpaksa menjajakan diri untuk dijamah syahwat lelaki.

Sejak kecil, Bunga hidup dalam keluarga yang memprihatinkan. Ayahnya dianggap Bunga tidak bertanggung jawab dan meninggalkan keluarganya dalam kondisi ekonomi yang sulit. Saat ini, menurut Bunga, informasi yang didapat, sang ayah bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu tempat hiburan besar di Jakarta.

Desakan ekonomi membuatkan berpikir untuk mencari uang, meski saat itu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bunga tak perlu berpikir dua kali saat seorang temannya mengajak untuk bekerja paruh waktu sebagai pelayan kafe. Apalagi upah yang disebutkan membuat Bunga cukup menggiurkan.

Bunga yang tinggal di kawasan Jakarta Utara itu kemudian pergi ke kafe yang dimaksud tanpa menaruh curiga sedikitpun. Namun ia malah terjebak, dipaksa melayani seorang lelaki paruh baya untuk berhubungan intim.

"Saya sempat berontak, namun apa daya mereka lebih kuat. Namun saya dibujuk dengan bayaran tinggi karena masih perawan. Yang terbayang, uang segitu banyak bisa untuk ibu dan adik saya. Apalagi adik saya sedang sakit," ujarnya sambil menyebut dibayar Rp 3 juta untuk melepas keperawanannya.

Sejak saat itu Bunga berpikir, begitu mudahnya mencari uang dengan nilai besar.

"Terus terang saya jadi ketagihan, apalagi saya sudah tidak perawan lagi, tidak suci lagi," ujarnya malu-malu.

Setelah lulus SMP, Bunga mengaku tidak melanjutkan sekolahnya. Ia berusaha untuk lebih mendalami 'dunia hitam' yang sudah merenggut kesuciannya.

"Ya, saya bilang sama ibu kalau sudah diterima kerja jadi pelayan kafe. Jadi, sampai sekarang ibu tidak tahu saya ngapain," bebernya.

Hal itu yang membuatnya sangat selektif memilih pelanggannya. Di akun twitter-nya pun Bunga mengaku tidak ingin menunjukkan foto asli. Setelah kontak dengan calon pelanggan, ia baru memberikan foto aslinya.

Saat ini, seperti yang diungkapkan Bunga, ia sudah memiliki beberapa pelanggan tetap. Bunga juga mengaku saat ini tidak terlalu 'ngoyo' untuk mencari pelanggan. Karena ia harus berusaha agar keluarga di rumah serta tetangganya tidak tahu apa yang dikerjakannya.

"Dari perilaku dan kehidupan saya di rumah juga biasa-biasa saja. Tidak ada barang mewah, yang penting ibu bisa masak dan kebutuhan terpenuhi, adik saya bisa sekolah," ujarnya.

Tarif yang diberlakukan Bunga, sebesar Rp500 ribu sekali menggunakan jasa dan itu 'short time'.

"Kalau puas biasanya mereka memberikan uang lebih besar, bisa sampai Rp1 juta. Saya tidak terima all night long, karena paling tidak jam 2 pagi saya sudah harus di rumah," ujarnya.

"Paling dalam semalam, saya bisa melayani dua pelanggan. Di hari Minggu saya libur, ya layaknya orang kerja saja. Meski sebenarnya banyak sekali yang ngajak saya di hari Minggu," ujarnya sambil tersenyum.

Karena itu meski permintaan banyak untuk memakai jasanya sebagai pemuas lelaki, Bunga tidak serta merta melayani semuanya.

Para pelanggannya, banyak dari kelas menengah, namun tidak jarang dari orang kaya yang pengin merasakan tubuh ABG. Perihal detail pelanggannya apakah ada dari kalangan pejabat atau anggota dewan, Bunga enggan menyebutkan.

"Saya ingin tetap rahasia," ujarnya.

Dalam satu pekan, Bunga mengaku bisa melayani lima sampai tujuh pelanggan. Jika dihitung rata-rata, penghasilan Bunga per pekan Rp3,5 juta, atau Rp14 juta per bulan belum termasuk tips.

"Cukuplah untuk hidup keluarga. Buat keperluan rumah dan dua adik sekolah," terangnya.

Bunga mengaku, apa yang dilakukannya salah menurut agama. Namun ia berdalih, terpaksa menjadi PSP karena tuntutan ekonomi.

"Mau bagaimana lagi, saya butuh uang. Saya berusaha imbang saja, ya tetap melakukan amal," ujarnya.

Bunga juga menyadari, apa yang dilakukannya sangat rentan terjangkit virus HIV. Karena itu ia juga memberlakukan peraturan wajib menggunakan kondom bagi para pelanggan. Itu pun baginya kurang cukup. Untuk memastikan dirinya tidak terkena virus mematikan tersebut, Bunga melakukan cek darah secara berkala.

"Saya juga minum pil KB buat mencegah hal yang tidak diinginkan," terangnya sambil tertawa.

Saat awal terjun ke dunia prostitusi, Bunga memang tidak suka menggunakan kondom. Namun ia pun akhirnya sadar, jika hal itu membuatnya rentan terkena penyakit AIDS.

Perihal rencana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang ingin memberlakukan sertifikasi bagi PSK, Bunga sebenarnya menyambut dengan baik. Namun ia masih sangsi, apakah masyarakat dapat menerimanya.

"Kalau saya sih oke-oke saja. Namun ya pasti kan harus mendaftar. Mau enggak orang-orang seperti saya mendaftar apalagi masih di bawah umur. Banyak lho yang masih di bawah umur jalani pekerjaan seperti saya," tuturnya.

Meski menjalani kehidupan kelam, Bunga tetap berdoa agar ia dapat keluar dari jeratan dunia syahwat dan kembali ke jalan yang benar.

"Saya pengin sih cari pekerjaan yang lain. Tapi ijazah saya hanya SMP. Mangkanya lagi kumpulin uang buat buka usaha. Ya, paling tidak buka salon," ujarnya.(wan)

 

Baca Juga

Prostitusi Ala Ahok Bikin Pelacur Kebingungan

Wah, Jonru Setuju Rencana Legalisasi Pelacuran 

Sertifikasi Pelacur, Langkah Ahok Bakal Hadapi Pertentangan 

Soal Pelacuran, Ahok Harus Belajar Dari Bang Yos dan Bu Risma

Wow, Jakarta Bakal Punya Apartemen Sundal 

 

 

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan