Keputusan Kontroversial WHO Larang Vape di Seluruh Dunia

Minggu, 31 Desember 2023 - Dwi Astarini

PENGGUNAAN rokok elektrik atau vape sebagai pengganti rokok semakin meraja. Namun, efek berbahaya muncul. Vape kini sudah menjamah anak-anak dan remaja usia sekolah.

Oleh karena itulah, organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menyatakan tindakan mendesak diperlukan untuk mengendalikan rokok elektrik guna melindungi anak-anak, serta nonperokok, dan meminimalkan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat. Selain itu, WHO juga mendesak seluruh negara untuk mulai melarang semua vape dengan perasa.

BACA JUGA:

Vape Miliki Profil Risiko Rendah Dibanding Rokok Konvensional

WHO menyatakan langkah-langkah mendesak sangat diperlukan untuk mengendalikan pemakaian rokok elektrik atau vape. Beberapa peneliti, aktivis, dan pemerintah sebelumnya melihat vape sebagai alat utama dalam mengurangi kematian dan penyakit yang disebabkan rokok konvensional.

vape

WHO termasuk melarang semua bahan penyedap rasa seperti mentol, karena salah satunya dapat memengaruhi perkembangan otak pada generasi muda.(foto: freepik/macrovector)

Namun, WHO menegaskan hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa vaping membantu perokok berhenti dan vape dapat mendorong kecanduan nikotin pada nonperokok, terutama anak-anak dan remaja. "Anak-anak direkrut dan dijebak pada usia dini untuk menggunakan rokok elektrik dan mungkin kecanduan nikotin," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip Reuters (28/12).

Ia pun mendesak negara-negara di dunia untuk menerapkan tindakan tegas dengan melarang penggunaan vape berperasa. WHO menyerukan perubahan, termasuk larangan semua bahan penyedap rasa seperti mentol, dan penerapan langkah-langkah pengendalian tembakau pada vape. Itu termasuk pajak yang tinggi dan larangan penggunaan di tempat umum.

"Lebih banyak anak usia 13-15 tahun yang menggunakan vape dibandingkan orang dewasa di seluruh dunia, dibantu dengan pemasaran yang sangat agresif," ujar Tedros. WHO dan beberapa organisasi anti-tembakau lainnya mendorong peraturan yang lebih ketat terhadap produk nikotin baru, dengan menargetkan alternatif yang menjadi landasan beberapa perusahaan rokok raksasa seperti Philip Morris International (PM.N) dan British American Tobacco (BATS.L).

BACA JUGA:

Ketika Vapers di Negeri Aing Saling Debat Serba-Serbi Vape

Terkait desakan larangan tersebut, WHO mengatakan vape terutama dengan perasa menghasilkan beberapa zat yang diketahui menyebabkan kanker, menimbulkan risiko terhadap kesehatan jantung dan paru-paru, serta dapat mempengaruhi perkembangan otak pada generasi muda.

Ahli jantung Johns Hopkins Michael Blaha, M.D., M.P.H., membahas vape dan bahan e-liquid lainnya, serta pengaruhnya terhadap kesehatan, terutama bagi anak-anak dan remaja.

bahaya vape

Beberapa bahan tambahan yang ditemukan dalam liquid vape berbahaya, bahkan mematikan.(foto: freepik/juicy_fish)

Rasa hanyalah salah satu bahan dalam liquid rokok elektrik. Vape biasanya mengandung nikotin dan banyak bahan tambahan serta bahan kimia lainnya. Bahkan koil pemanas, yang memungkinkan cairan menjadi aerosol yang dapat dihirup, melepaskan zat kimia baru dan jejak logam yang masuk ke paru-paru pengguna.

Beberapa bahan tambahan yang ditemukan dalam e-liquid berbahaya, bahkan mematikan. Misalnya, vitamin E asetat telah diindikasikan dalam EVALI, yang merupakan singkatan dari penggunaan produk rokok elektrik atau vaping terkait cedera paru-paru. Ini adalah sindrom yang berpotensi fatal terkait dengan vaping, dan sindrom ini meningkat pada tahun 2019.(dgs)

BACA JUGA:

Lebih Bahaya Mana Vape atau Rokok Konvesional? Ini Kata Ahli

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan