Kenali Tanda-Tanda Anak Disleksia

Rabu, 02 Februari 2022 - Ikhsan Aryo Digdo

APAKAH kamu pernah melihat anakmu mengalami kesulitan saat mereka sedang membaca atau menulis? Atau bahkan saat usianya sudah dewasa ia masih berbicara dengan terbata- bata? Jika itu terjadi kemungkinanan ia mengidap disleksia.

Disleksia adalah gangguan neurobiologis memengaruhi otak yang terlibat dalam pemprosesan bahasa, sehingga menyebabkan gangguan atau ketidakmampuan seseorang untuk belajar ataupun membaca.

Baca Juga:

Ibu Muda Tak Perlu Selalu Mengikuti Saran Positif Ini dalam 'Parenting'

Disleksia bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, tetapi paling sering diidentifikasi di masa kanak-kanak, yakni saat mereka mulai belajar membaca dan menulis di sekolah. Anak yang menderita disleksia akan sulit untuk memahami bahasa. Mereka mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca karena mereka cenderung mencampuradukkan kata- kata.

Mereka akan mengalami kesulitan dalam pembelajarannya. (Foto: pixabay/picjumbo.com)

Tanda awal disleksia muncul pada usia 1-2 tahun saat anak pertama kali belajar membuat suara. Anak yang tidak mengucapkan kata pertama sampai usia 1-2 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena disleksia. Namun tidak semua anak yang mengalami keterlambatan bicara mengalami disleksia. Sebaliknya, tidak semua orang disleksia mengalami keterlambatan bicara saat masih anak- anak. Keterlambatan bicara hanyalah isyarat bagi orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan bahasa anaknya.

Disleksia tidak dapat didiagnosis dengan tes darah ataupun pemindaian otak. Dokter akan mendiagnosisnya setelah mempertimbangkan serangkaian hasil tes membaca, serta laporan gejala dari orang tua atau guru.

Baca Juga:

Cara Tepat Menumbuhkan Semangat Belajar Anak di Tengah Pandemi

Seperti yang dimuat di laman pinkvilla, ada beberapa tanda-tanda umum yang dapat diwaspadai untuk mengetahui apakah si kecil menderita disleksia atau tidak.

Pertama, anak yang menderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam membaca karena sulit bagi mereka memahami bahasa, angka, abjad, kata, huruf. Mereka akan sedikit lambat saat membaca dan sering salah mengucapkan huruf.

Tidak hanya itu, ia juga akan sulit memahami hitung- hitungan. Anak juga sulit untuk mengingat warna, hari, bulan atau tabel. Di sisi lain, mereka juga bisa mengalami kesulitan saat sedang menulis.

Perhatian dan dukungan orang tua sangat diperlukan bagi anak yang memiliki disleksia. (Foto: pexels/Andrea Piacquadio)

Kedua, anak akan mengalami Kesulitan dalam mengikuti instruksi. Mereka perlu waktu beberapa saat untuk memahami dan menerapkan instruksi tersebut. Lalu, mereka juga akan mengalami kesulitan untuk menjalani aktivitas tertentu yang mengandalkan keterampilan motorik halus seperti mewarnai, menggunting, memakai kaos kaki, dan sebagainya.

Ketiga, mereka akan mengalami keterlambatan proses bicara karena kesulitan memahami bahasa, kosa kata dan tata bahasa baru.

Disleksia tidak memengaruhi kecerdasan emosional atau kemampuan belajar anak. Anak dengan disleksia tentunya bisa memiliki akademis yang kuat dan kecerdasan seperti anak pada umumnya.

Untuk mendapatkan penanganan yang tepat kamu bisa mengajak anakmu berkunjung ke dokter. Program belajar khusus dapat membantu anak disleksia mampu memahami pembelajaran yang sama baiknya dengan anak normal lainnya.

Terakhir, yang paling penting, dukungan moral dan emosional dari kedua orang tua sangat penting untuk menentukan keberhasilan anak disleksia. (pid)

Baca Juga:

Bahaya 'Helicopter Parenting' bagi Tumbuh Kembang Buah Hati

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan