Parenting

Kenali Tanda-Tanda Anak Disleksia

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 02 Februari 2022
Kenali Tanda-Tanda Anak Disleksia

Perhatikan kegiatan anak agar orang tua lebih menyadari lebih cepat gejala disleksia . (Foto: pexels/August de Richelieu)

Ukuran:
14
Audio:

APAKAH kamu pernah melihat anakmu mengalami kesulitan saat mereka sedang membaca atau menulis? Atau bahkan saat usianya sudah dewasa ia masih berbicara dengan terbata- bata? Jika itu terjadi kemungkinanan ia mengidap disleksia.

Disleksia adalah gangguan neurobiologis memengaruhi otak yang terlibat dalam pemprosesan bahasa, sehingga menyebabkan gangguan atau ketidakmampuan seseorang untuk belajar ataupun membaca.

Baca Juga:

Ibu Muda Tak Perlu Selalu Mengikuti Saran Positif Ini dalam 'Parenting'

Disleksia bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, tetapi paling sering diidentifikasi di masa kanak-kanak, yakni saat mereka mulai belajar membaca dan menulis di sekolah. Anak yang menderita disleksia akan sulit untuk memahami bahasa. Mereka mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca karena mereka cenderung mencampuradukkan kata- kata.

Mereka akan mengalami kesulitan dalam pembelajarannya. (Foto: pixabay/picjumbo.com)

Tanda awal disleksia muncul pada usia 1-2 tahun saat anak pertama kali belajar membuat suara. Anak yang tidak mengucapkan kata pertama sampai usia 1-2 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena disleksia. Namun tidak semua anak yang mengalami keterlambatan bicara mengalami disleksia. Sebaliknya, tidak semua orang disleksia mengalami keterlambatan bicara saat masih anak- anak. Keterlambatan bicara hanyalah isyarat bagi orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan bahasa anaknya.

Disleksia tidak dapat didiagnosis dengan tes darah ataupun pemindaian otak. Dokter akan mendiagnosisnya setelah mempertimbangkan serangkaian hasil tes membaca, serta laporan gejala dari orang tua atau guru.

Baca Juga:

Cara Tepat Menumbuhkan Semangat Belajar Anak di Tengah Pandemi

Seperti yang dimuat di laman pinkvilla, ada beberapa tanda-tanda umum yang dapat diwaspadai untuk mengetahui apakah si kecil menderita disleksia atau tidak.

Pertama, anak yang menderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam membaca karena sulit bagi mereka memahami bahasa, angka, abjad, kata, huruf. Mereka akan sedikit lambat saat membaca dan sering salah mengucapkan huruf.

Tidak hanya itu, ia juga akan sulit memahami hitung- hitungan. Anak juga sulit untuk mengingat warna, hari, bulan atau tabel. Di sisi lain, mereka juga bisa mengalami kesulitan saat sedang menulis.

Perhatian dan dukungan orang tua sangat diperlukan bagi anak yang memiliki disleksia. (Foto: pexels/Andrea Piacquadio)

Kedua, anak akan mengalami Kesulitan dalam mengikuti instruksi. Mereka perlu waktu beberapa saat untuk memahami dan menerapkan instruksi tersebut. Lalu, mereka juga akan mengalami kesulitan untuk menjalani aktivitas tertentu yang mengandalkan keterampilan motorik halus seperti mewarnai, menggunting, memakai kaos kaki, dan sebagainya.

Ketiga, mereka akan mengalami keterlambatan proses bicara karena kesulitan memahami bahasa, kosa kata dan tata bahasa baru.

Disleksia tidak memengaruhi kecerdasan emosional atau kemampuan belajar anak. Anak dengan disleksia tentunya bisa memiliki akademis yang kuat dan kecerdasan seperti anak pada umumnya.

Untuk mendapatkan penanganan yang tepat kamu bisa mengajak anakmu berkunjung ke dokter. Program belajar khusus dapat membantu anak disleksia mampu memahami pembelajaran yang sama baiknya dengan anak normal lainnya.

Terakhir, yang paling penting, dukungan moral dan emosional dari kedua orang tua sangat penting untuk menentukan keberhasilan anak disleksia. (pid)

Baca Juga:

Bahaya 'Helicopter Parenting' bagi Tumbuh Kembang Buah Hati

#Kesehatan #Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Lifestyle
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lavender dan chamomile kerap menjadi pilihan utama dalam praktik mindful parenting.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Bagikan