Jangan Cuma Tulis 'Renyah dan Gurih', Literasi Jadi Kunci UMKM Kaya Mendadak
Minggu, 19 Oktober 2025 -
Merahputih.com - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Samuel Wattimena, menekankan bahwa literasi merupakan kunci penting untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan sektor pariwisata di daerah.
"Kalau kita bicara UMKM, bicara pariwisata, kita sangat lemah karena narasi kita, literasi kita lemah untuk mendukung hal tersebut," ujar Samuel, MInggu (19/10).
Baca juga:
Ia mencontohkan, pemilihan kata yang monoton dalam deskripsi produk UMKM dapat mengurangi daya tarik, sebab tidak mampu menonjolkan keunikan produk.
"Contohnya, kita lihat berbagai produk UMKM, 'keripik ini renyah dan gurih', 'kacang ini renyah dan gurih', 'Ini renyah dan gurih'. Lho kok enggak ada kata lain sih selain renyah dan gurih?," kritik Samuel.
Hal serupa terjadi pada desa dan kampung wisata yang memiliki potensi besar. Namun, kunjungan wisatawan tidak maksimal karena minimnya narasi yang mendukung dan mempromosikannya.
Sebagai perbandingan, ia menyebut produk asing seperti boneka Labubu. Produk tersebut diminati hingga memicu antrean panjang. Menurut Samuel, hal ini terjadi karena kekuatan narasi yang tepat, membuat pembeli merasa bahwa memiliki boneka itu menjadikan mereka "bagian dari popularitas di dunia" (you are part of the popularity in the world).
Oleh karena itu, Samuel berharap kegiatan yang mengumpulkan para penulis dan pegiat literasi ini dapat menyadarkan kembali akan pentingnya literasi bagi kemajuan daerah. Ia berencana menduplikasi kegiatan serupa di kota lain seperti Salatiga, Kendal, dan Kabupaten Semarang.
Baca juga:
Pemerintah Akan Perpanjang Jangka Waktu PPh Final UMKM 0,5 Persen hingga 2029
Samuel juga menyoroti minimnya literasi kontemporer (kekinian) mengenai potensi daerah, termasuk Kota Semarang. Padahal, data literasi kekinian sangat vital untuk mengidentifikasi karakter dan identitas suatu era bagi generasi mendatang.
Sementara itu, Maya Dewi, Co-Founder Sangkar Wiku Book Club, menjelaskan bahwa acara tersebut mengumpulkan berbagai pegiat literasi, mulai dari penulis hingga penyair.
Maya Dewi ingin membangkitkan kesadaran para pegiat literasi untuk membantu melestarikan (diuri-uri) potensi, kekayaan, dan identitas khas Semarang melalui tulisan.
"Ke depan, kita ingin Semarang dinarasikan seperti apa sih? Apakah kota yang banjjr atau kota yang menyenangkan untuk ditinggali," tutupnya.