Investasi Minim, Krisis Energi Hantui Dunia

Selasa, 24 Mei 2022 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Minimnya investasi di bidang energi, membuat dunia bakal menghadapi krisis energi akibat pasokan minyak yang tersendat. Saat ini sebagian besar perusahaan takut berinvestasi di sektor ini karena menghadapi tekanan energi hijau.

Kepala Saudi Aramco Amin Nasser, menegaskan, pihaknya tetap berpegang teguh pada target peningkatan kapasitas menjadi 13 juta barel per hari dari 12 juta barel saat ini pada 2027, meskipun ada seruan untuk melakukannya lebih cepat.

Baca Juga:

Pemerintah Dukung Penuh Energi Hidrogen untuk Kendaraan di Indonesia

"Dunia berjalan dengan kapasitas cadangan kurang dari 2,0 persen. Sebelum COVID, industri penerbangan mengonsumsi 2,5 juta barel per hari lebih banyak dari hari ini. Jika industri penerbangan menambah kecepatan, akan menghadapi masalah besar," kata Nasser di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos.

Ia menegaskan, yang terjadi di Rusia-Ukraina menutupi apa yang akan terjadi. Tetapi kenyataanya, dunia tengah mengalami krisis energi karena kurangnya investasi.

"Dan itu mulai menggigit setelah pandemi," katanya dikutip Antara.

Nasser mengatakan, pembatasan COVID di Tiongkokn tidak akan bertahan lama dan oleh karena itu permintaan minyak global akan melanjutkan pertumbuhannya.

Arab Saudi saat ini memproduksi 10,5 juta barel per hari, atau setiap sepersepuluh barel di dunia, dan kemungkinan akan meningkatkan produksi menjadi 11 juta barel per hari akhir tahun ini.

Negara tersebut telah menghadapi seruan dari Barat untuk meningkatkan produksi lebih cepat dan memperluas kapasitas lebih cepat untuk membantu memerangi krisis energi.

Nasser mengatakan dialog antara industri minyak dan pembuat kebijakan mengenai transisi dari bahan bakar fosil ke energi yang tidak menghasilkan emisi karbon telah bermasalah.

"Saya tidak berpikir ada banyak dialog konstruktif yang terjadi. Di area tertentu kami tidak dibawa forum diskusi. Kami tidak diundang ke COP di Glasgow," katanya merujuk pada konferensi iklim PBB tahun lalu di Glasgow, Skotlandia.

Tercatat, harga minyak pada perdagangan Senin atau Selasa pagi WIB, untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli menguat satu sen atau 0,01 persen, menjadi USD 110,29 per barel.

Sedangkan minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli terangkat 87 sen atau 0,7 persen, ditutup di USD 113,42 per barel. (*)

Baca Juga:

Kejar Untung Dari Transisi Energi Terbarukan dan Jual Kredit Karbon

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan