Film Tanah Air Berkompetisi di Festival Film Cannes 2023
Sabtu, 29 April 2023 -
FILM pendek karya sineas asal Makassar berjudul Basri & Salma in a Never-Ending Comedy akan menjadi film Indonesia pertama yang berkompetisi di Festival Film Cannes 2023. Ajang bergengsi itu akan diselenggarakan pada 16-27 Mei mendatang.
Film itu digarap oleh sutradara Khozy Rizal dan produser John Badalu yang berasal dari Makassar. Basri & Salma in a Never-Ending Comedy menjadi salah satu dari 11 film yang memperebutkan penghargaan Short Film Palme d'Or.
Seperti dilansir ANTARA, Kamis (27/4), Basri & Salma in a Never-Ending Comedy menjadi film Indonesia pertama yang berkompetisi di Festival Film Cannes sekaligus menjadi satu-satunya perwakilan dari Asia.
Film berdurasi 15 menit itu mengisahkan sepasang suami istri yaitu Basri (Arham Rizky Saputra) dan Salma (Rezky Chiki) yang bekerja bersama sebagai tukang odong-odong. Meskipun telah menikah selama lima tahun, mereka belum dikaruniai anak.
Baca juga:
Hal tersebut pun membuat keduanya mendapat tekanan dari keluarga dan saudara. Basri dan Salma pun akhirnya mengungkapkan alasan mengapa mereka belum juga memiliki anak.
Khozy mengaku mendapatkan inspirasi untuk cerita film buatannya dari kekagumannya dengan odong-odong yang sering dilihatnya di jalanan Kota Makassar. Khozy juga resah terhadap ekspektasi dari keluarga yang sering ia dapatkan ketika kumpul keluarga.
“Jadi, inspirasinya menggabungkan kekagumanku dengan odong-odong dan semacam keresahanku terhadap keluarga dengan segala ekspektasi kultural yang sering aku temui setiap kumpul keluarga,” kata Khozy.
Baca Juga:

Pembuatan film Basri & Salma in a Never-Ending Comedy melibatkan tim produksi dan pemain yang merupakan putra-putri Makassar. Film tersebut merupakan karya Khozy yang ketiga setelah film berjudul Makassar is a City for Football Fans (2021) dan Ride to Nowhere (2022).
John Badalu menjelaskan untuk distribusi dan pemutaran film Basri & Salma in a Never-Ending Comedy di beberapa festival lain akan diurus oleh salah satu perusahaan agen pemasaran dari Italia.
Penayangannya di Indonesia, lanjut John, akan membuka kesempatan bagi komunitas atau penyelenggara festival film yang tertarik. Sedangkan penayangan di Asia Tenggara akan memprioritaskan tayang di Singapura karena permintaan dari Singapore International Film Festival selaku sponsor film.
"Jadi, kita harus menunggu mereka dulu baru bisa memutar (film) di Asia Tenggara termasuk Indonesia,” tutup John. (and)
Baca Juga:
Dua Aksi Protes Warnai Festival Film Cannes