Dua Aksi Protes Warnai Festival Film Cannes


Aksi membawa gulungan spanduk besar berisi nama-nama perempuan korban feminisida di Prancis. (Twitter/@Festival_Cannes)
SEKELOMPOK feminis melakukan aksi dramatis di Festival Film Cannes, Minggu (22/5), dengan melepaskan sinyal asap dari perangkat genggam dan menampilkan spanduk panjang untuk awal media internasional yang sedang berkumpul menanti kedatangan para bintang di karpet merah.
Menjelang pemutaran perdana Holy Spider, film thriller yang berpusat pada perempuan karya sutradara Ali Abbasi, sekitar 12 perempuan dalam pakaian formal mengepalkan tangan dan berkumpul di tangga Palais.
Mereka memenuhi ruangan dengan asap hitam tebal dari sinyal asap yang dipegang bersama gulungan spanduk besar berisi daftar 129 nama perempuan. Daftar tersebut, menurut kelompok itu, menyoroti 129 kasus feminisida di Prancis sejak festival Cannes terakhir. Feminisida adalah pembunuhan yang disengaja terhadap perempuan berdasarkan gender mereka.
BACA JUGA:
Pihak keamanan tampaknya tidak terganggu dengan aksi tersebut sehingga memungkinkan para pelaku difilmkan dan difoto. Salah satu orang dalam yang dekat dengan perencanaan aksi tersebut mengatakan protes itu bukan aksi terkoordinasi untuk mempromosikan film yang akan diputar.

Holy Spider merupakan film tentang seorang jurnalis yang melakukan perjalanan ke kota suci Iran Mashhad untuk menyelidiki seorang pembunuh berantai yang membunuh pekerja seks.
Menurut situs Challenges, protes itu malah terkait dengan pemutaran film dokumenter Riposte yang mengisahkan aktivis feminis dalam acara Cannes Sunday.
Protes itu terjadi sebelum para pemain dan pembuat film Holy Spider tiba di karpet merah. Sumber tersebut menambahkan karavan kendaraan yang membawa mereka dihentikan sebentar di Boulevard de la Croisette agar tidak segera tiba di lokasi pemutaran perdana film itu.
Aksi ini merupakan protes feminis kedua yang mewarnai Festival Film Cannes pada 2022. Pada Jumat (20/5), seorang aktivis yang menghadiri world premiere 3000 Years of Longing karya George Miller memprotes kekerasan seksual yang diklaim dari pasukan Rusia terhadap perempuan Ukraina.

Pelaku aksi tiba di acara tersebut sesuai dengan aturan berpakaian gala premier, tapi dia kemudian melepas gaunnya untuk memperlihatkan bagian tengah tubuhnya yang dicat dengan kalimat 'Stop Raping Us' yang ditulis berdampingan dengan warna bendera Ukraina.
Tidak seperti aksi pada Minggu, perempuan yang itu berteriak langsung diringkus petugas keamanan. Mereka dengan cepat membungkusnya dengan jaket, dan mengeluarkannya dari acara tersebut. Para tamu tampak bingung di tengah iringan musik festival yang mendayu.(aru)
Bagikan
Berita Terkait
Lin Shaye dan Amelia Eve Bintangi Film Insidious Terbaru, Siap Hadirkan Kisah Mengerikan di Bawah Arahan Sutradara Jacob Chase

Lin Shaye dan Henry Thomas Hiasi Film Horor-Thriller Dreamkatcher, Kisah Seorang Terapis dan Putranya yang Terperangkap dalam Teror

Song Kang Ho Comeback di 'Gardeners', Kisah Pegawai Negeri yang Terseret Utang

Netflix Siap Hadirkan 'The Rip', Film Thriller Kriminal Dibintangi Matt Damon dan Ben Affleck

Adaptasi Game Thriller 'Exit 8' Hadir di Layar Lebar: Misteri, Anomali, dan Ketegangan di Stasiun Bawah Tanah Tokyo

Sony & Netflix Dikabarkan Memulai Pembicaraan Awal, Bahas Sekuel ‘KPop Demon Hunters’

Kutukan Baru Hadir di 'Siccin 8', Film Horor Turkiye Paling Ditunggu Hadir di Bioskop Indonesia

Lee Byung-hun Terima Tribute Award di TIFF, Pengakuan atas Kontribusinya untuk Perfilman Global

Diadaptasi dari Novel Thriller Stephen King, Film 'The Long Walk' Bakal Uji Adrenalin Penonton

Ketegangan Zombie ala Kimo Stamboel, ‘Abadi Nan Jaya’, Meneror Netflix 23 Oktober
