Festival Teater Bertajuk Silent Mass Siap Menghibur Pecinta Pertunjukan Seni
Kamis, 06 September 2018 -
DJAKARTA Teater Platform (DTP) kembali digelar hari ini, Kamis (6/9). Kali ini program festival teater yang dibentuk oleh Dewan Kesenian Jakarta itu mengusung tema silent mass (masyarakat diam). Isu tersebut dipilih lantaran menggambarkan kondisi masyarakat yang saat ini 'lumer' dengan teknologi. Seakan hubungan di antara keduanya tidak ada lagi batasan.
Selain itu, isu tersebut dipilih sebagai bungkusan tematik festival, memunculkan ruang antara yang memungkinkan terjadinya pelumeran dan peredaman dalam kehidupan publik yang terprovokasi dengan hoaks, viral, dan pencitraan tanpa adanya investigasi terlebih dulu.
Beragam grup teater dari seluruh dunia dan dalam negeri akan hadir pada pementasan teater yang akan berlangsung hingga 28 Oktober itu. Di antaranya ialah Teater Ash (Hongkong), Fujiyamaannette (Tokyo), Teater Kubur (Jakarta), Rokateater, (Yogyakarta), dan Curious Directive (Norwich).

Karena itu beberapa lembaga negara asing semisal Japan Foundation dan British Council turut mendukung acara ini. Tidak lupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (kemkominfo) turut terlibat dalam acara yang telah digelar ketiga kalinya.
Siti Meiningsih, selaku Direktur Pengololaan Media Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo mengatakan pertunjukkan teater dapat menjadi wadah untuk menyampaikan pesan bermanfaat kepada masyarakat.
"Tentu saja yang penting kontennya. Kami menyampaikan informasi ke publik melalui pertunjukkan rakyat di seluruh wilayah Indonesia," ujarnya saat temu pers di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismali Marzuki.

Lebih lanjut, selain pertunjukkan teater, beberapa diskusi juga akan mengisi acara festival teater ini sebagai sarana ilmu pengetahuan kepada publik. Para pembicara yang hadir di antaranya Irwan Ahmet (Perfomance Art, periset), Yaasraf Piliang (Akademisi, filsuf), Shinta Febriany (Sutradara Teater), hingga Anggun Anggendari ( Aktor Teater, DKV).
Diskusi akan meliputi pandangan-pandangan etis masa kini sebagai literasi digital. Misalnya bagaimana membaca performatif kota dalam praktek formatif seni pertunjukkan. Termasuk dasar-dasar penciptaan yang mulai ikut terguncang karena munculnya aktivasi aplikasi berdasarkan prosedur algoritme.
Festival ini akan berlangsung di dua tempat terpisah, yaitu Graha Bhakti Budaya TIM, dan Studio Tom FTV IKJ. Festival ini dapat dinikmati siapapun tanpa dipungut biaya, alias gratis. "Kami di IKJ sangat menyambut baik sekali tawaran untuk memberikan workshop. Menurut saya workshop ini sangat bermanfaat dan penting bagi Indonesia karena menambah wawasan tentang teater," kata Seno Joko Suyono, perwakilan rektor IKJ. (ikh)