Festival Teater Bertajuk Silent Mass Siap Menghibur Pecinta Pertunjukan Seni


Djakarta Teater Platform akan mempertemukan banyak grup teater internasional. (Foto: Pexels/Monica Silvestre)
DJAKARTA Teater Platform (DTP) kembali digelar hari ini, Kamis (6/9). Kali ini program festival teater yang dibentuk oleh Dewan Kesenian Jakarta itu mengusung tema silent mass (masyarakat diam). Isu tersebut dipilih lantaran menggambarkan kondisi masyarakat yang saat ini 'lumer' dengan teknologi. Seakan hubungan di antara keduanya tidak ada lagi batasan.
Selain itu, isu tersebut dipilih sebagai bungkusan tematik festival, memunculkan ruang antara yang memungkinkan terjadinya pelumeran dan peredaman dalam kehidupan publik yang terprovokasi dengan hoaks, viral, dan pencitraan tanpa adanya investigasi terlebih dulu.
Beragam grup teater dari seluruh dunia dan dalam negeri akan hadir pada pementasan teater yang akan berlangsung hingga 28 Oktober itu. Di antaranya ialah Teater Ash (Hongkong), Fujiyamaannette (Tokyo), Teater Kubur (Jakarta), Rokateater, (Yogyakarta), dan Curious Directive (Norwich).

Karena itu beberapa lembaga negara asing semisal Japan Foundation dan British Council turut mendukung acara ini. Tidak lupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (kemkominfo) turut terlibat dalam acara yang telah digelar ketiga kalinya.
Siti Meiningsih, selaku Direktur Pengololaan Media Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo mengatakan pertunjukkan teater dapat menjadi wadah untuk menyampaikan pesan bermanfaat kepada masyarakat.
"Tentu saja yang penting kontennya. Kami menyampaikan informasi ke publik melalui pertunjukkan rakyat di seluruh wilayah Indonesia," ujarnya saat temu pers di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismali Marzuki.

Lebih lanjut, selain pertunjukkan teater, beberapa diskusi juga akan mengisi acara festival teater ini sebagai sarana ilmu pengetahuan kepada publik. Para pembicara yang hadir di antaranya Irwan Ahmet (Perfomance Art, periset), Yaasraf Piliang (Akademisi, filsuf), Shinta Febriany (Sutradara Teater), hingga Anggun Anggendari ( Aktor Teater, DKV).
Diskusi akan meliputi pandangan-pandangan etis masa kini sebagai literasi digital. Misalnya bagaimana membaca performatif kota dalam praktek formatif seni pertunjukkan. Termasuk dasar-dasar penciptaan yang mulai ikut terguncang karena munculnya aktivasi aplikasi berdasarkan prosedur algoritme.
Festival ini akan berlangsung di dua tempat terpisah, yaitu Graha Bhakti Budaya TIM, dan Studio Tom FTV IKJ. Festival ini dapat dinikmati siapapun tanpa dipungut biaya, alias gratis. "Kami di IKJ sangat menyambut baik sekali tawaran untuk memberikan workshop. Menurut saya workshop ini sangat bermanfaat dan penting bagi Indonesia karena menambah wawasan tentang teater," kata Seno Joko Suyono, perwakilan rektor IKJ. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Mengenang Pramoedya Ananta Toer lewat 'Bunga Penutup Abad'
Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad

Jelang Pertunjukan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad di Jakarta

Teater Koma Bawa Karakter Punokawan Melintasi Ruang dan Zaman dalam Pertunjukan 'Mencari Semar'

Jelang Pementasan Teater Mencari Semar Angkat Cerita Tradisi Punakawan yang Futuristik

Indonesia Kaya Tampil dengan Wajah Baru, Siap Jadi Platform Pioner Lestarikan Seni Pertunjukan Tanah Air yang Lebih Progresif dan Relevan

Panggung Musikal 'Keluarga Cemara' Siap Dipentaskan Kembali
Mengintip Rehearsal Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara di Ciputra Artpreneur

Bersama Fadli Zon, Megawati Hadiri Pertunjukan Teater Seni Musik Imam Al-Bukhari-Sukarno di GKJ

Ketika Romantika Diuji Prahara Politik Nasional Tersaji dalam Teater Musikal 'Mar'
