Fatherless Figure Syndrome, Punya Ayah, Tapi Berasa Jauh
Kamis, 27 Juli 2023 -
SELAMA ini figur ayah belum menjadi fokus utama dalam mendidik, mengayomi, dan menyangi anak. Lazimnya, semua orang fokus menuntut figur ibu untuk melakukan semua itu. Padahal tugas-tugas tersebut milik keduanya, ayah dan ibu.
Mari kita pikirkan sejenak mengenai dampak kehilangan figur seorang ayah atau yang populer dengan sebutan fatherless figure syndrome. Kondisi yang menggambarkan adanya sosok ayah, tapi tak berasa dekat dengan anak.
Sosok ayah sama pentingnya seperti peran ibu di rumah. Memaksa perempuan untuk hanya diam di rumah saja mengurus anak seorang diri sudah bukan zamannya lagi.
Kenyataannya saat ini rata-rata keluarga generasi muda, ayah dan ibunya sama-sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan meningkatkan kualitas hidup masing-masing.
Sayangnya meski sama-sama bekerja, tetap saja yang dituntut untuk mengurus anak selalu hanya sang ibu. Anak sakit? Salah ibu. Anak malas belajar? Salah ibu.
Padahal segala hal yang terjadi pada anak adalah tanggung jawab bersama orangtua. Pada kenyataannya, peran ayah sangat besar memengaruhi kehidupan masa depan si kecil.
"Ketiadaan ayah dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, termasuk ketidakhadiran emosional, fisik, dan finansial. Anak-anak tanpa ayah lebih mungkin menderita depresi, kecemasan, rendah diri, dan masalah perilaku," sebut laman Donna L Roberts, PhD, di laman Medium-nya.
Baca juga:

Anak laki-laki
Anak laki-laki yang kehilangan figur ayah, besar kemungkinan mengikuti jejak ayahnya, alias tidak hadir dalam kehidupan anak-anaknya kelak. Selain itu pada masa remajanya, seorang laki-laki cenderung merasa minder dan kurang percaya diri sehingga ia akan memperlakukan kekasihnya secara toxic dan bersikap manipulatif.
Tak jarang ditemukan kasus suami yang melakukan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) ke pasangannya karena tidak memiliki contoh bagaimana menjadi seorang suami dan bapak yang ideal bagi keluarganya.
Seorang ayah yang tidak hadir dalam kehidupan anak laki-lakinya berisiko membuat sang anak cenderung tidak bisa menentukan pilihan dalam hidupnya. Ia memilih mengurung diri daripada harus mencari minat bakat apalagi potensi yang sebenarnya harus digali dari dalam dirinya sendiri.
Alhasil untuk menentukan keputusan-keputusan besar seperti contohnya karier atau memilih pasangan hidup, ia lebih memilih menghindar daripada bersikap tegas.
Anak laki-laki yang tidak mendapatkan bimbingan sang ayah juga berisiko mencari puzzle yang hilang tersebut dengan coping mechanism, yaitu melampiaskan kekosongan hati dengan melakukan tindakan kriminal. Contohnya kecanduan narkoba, minuman beralkohol, sampai melakukan seks bebas.
Baca juga:

Anak perempuan
Hati-hati, para ayah, anak perempuan yang tidak mendapatkan kasih sayang dari sosok ayah akan mengalami gangguan kesehatan mental fatherless daughter syndrome. Ia akan kesulitan mencari pasangan hidup yang ideal karena tidak melihat figur tersebut di rumah yang seharusnya mengayomi istri dan anak-anaknya.
Kurang mendapatkan kasih sayang seorang ayah juga berisiko membuat anak perempuan takut akan kesepian sehingga ia akan menerima cinta dari laki-laki manapun. Tak peduli latar belakangnya seperti apa, yang penting ia tidak merasa sendirian.
Kalau kamu sering mendengar kasus KDRT terhadap istri yang berlangsung selama betahun-tahun atau seorang istri yang tidak pernah diberikan nafkah sehingga harus banting tulang mencari uang untuk anak-anaknya tetapi tetap memilih untuk bertahan dalam rumah tangga yang toxic tersebut, bisa jadi ia merupakan korban dari fatherless figure syndrome. (Mar)
Baca juga:
Parents, ini nih, Tips Psikologi Hadapi Anak yang Ogah Mendengar