DPR Puji Langkah Taktis BI Hingga Rupiah Kokoh di Level Rp16.700, Pasar Keuangan Aman Terkendali
Selasa, 15 April 2025 -
Merahputih.com - Anggota Komisi XI DPR RI, Harris Turino, memberikan apresiasi atas tindakan cepat dan strategis Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan global, terutama pasca libur panjang dan dampak kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
"Kita harus mengakui dan mengapresiasi langkah BI. Mereka berhasil menjaga pergerakan nilai rupiah tetap dalam kisaran yang wajar, yaitu di angka Rp16.700," kata Harris dalam keterangannya, Selasa (15/4).
Baca juga:
Dolar AS Tersungkur, Rupiah Terbang Tinggi Berkat Keputusan Kontroversial Trump!
BI telah mengambil tindakan preventif sebelum pasar domestik dibuka kembali. Ketika nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp17.380 di pasar internasional, BI langsung melakukan intervensi melalui instrumen Non-Delivery Forward (NDF) di pasar luar negeri seperti Hong Kong, Singapura, dan New York.
Intervensi ini berhasil menurunkan nilai tukar rupiah ke Rp16.900 pada hari berikutnya. Saat pasar Jakarta dibuka, BI kembali melakukan intervensi di pasar spot dengan volume besar, menjaga nilai tukar rupiah di bawah level psikologis Rp17.000, tepatnya di Rp16.700. Stabilitas ini memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar modal dan saham.
"Ketika pasar Jakarta dibuka dengan volume besar, BI juga masuk ke pasar spot. Hasilnya, nilai tukar rupiah terjaga di bawah Rp17.000, yang merupakan angka psikologis. Ini memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar modal dan saham," jelas Harris.
Meskipun IHSG sempat anjlok hingga 9,19 persen pada menit pertama pembukaan perdagangan, kondisi membaik dalam 30 menit berikutnya dan ditutup dengan koreksi sekitar 7 persen. Harris menilai langkah BI memberikan keyakinan kepada investor bahwa dampak kebijakan tarif AS terhadap Indonesia tidak signifikan.
Baca juga:
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Melemah Tembus Rp16.849
Harris juga menekankan bahwa struktur ekonomi Indonesia yang relatif tertutup memberikan keuntungan. Dengan volume perdagangan internasional sekitar 39-41 persen dari PDB, Indonesia tidak terlalu rentan terhadap guncangan eksternal, berbeda dengan negara lain seperti Singapura (326 persen) atau Vietnam (216 persen).
Lebih lanjut, Harris mengingatkan agar BI tidak terus-menerus melakukan intervensi setelah stabilitas tercapai, agar nilai tukar rupiah tidak terlalu kuat.
"Untuk perang dagang, Indonesia relatif imun. Volume perdagangan Indonesia ke AS hanya 10 persen, dibandingkan dengan ekspor ke China sebesar 21 persen. Peran BI adalah menjaga stabilitas mata uang, salah satunya melalui intervensi. Setelah stabil di Rp16.700, BI tidak perlu terus-menerus intervensi, karena rupiah yang terlalu kuat juga tidak baik untuk ekspor," pungkas Harris.