Defisit Migas, Ekspor Lebih Dominan
Selasa, 26 Mei 2015 -
MerahPutih, Bisnis-Penggunaan minyak dan gas (migas) untuk sektor energi menduduki porsi yang paling dominan, yakni 42,12 persen. Namun, pangsa yang besar tidak serta merta kebutuhannya selalu tercukupi.
"Kebutuhan energi untuk industri mengalami defisit karena lebih banyak diekspor," ujar peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus dalam diskusi bulanan INDEF bertajuk 'Carut Marut Tata Kelola Migas Nasional' di Pejaten Timur, Jakarta, Selasa (26/5).
Menurut Heri, defisit terjadi lantaran produksi migas di dalam negeri diprioritaskan untuk ekspor. Sementara kebutuhan dalam negeri ditutup dengan impor.
Ahmad memaparkan data neraca energi sektor industri tahun 2012-2013, untuk batu bara saja industri hanya kebagian 7 persen dari 100 persen yang dibutuhkan. Sedangkan 79 persennya untuk ekspor dan sisanya 14 persen untuk pembangkit listrik.
Kondisi serupa tak jauh berbeda dengan energi gas, di mana 47,8 persen produksi gas dalam negeri untuk dieskpor. Sementara untuk mendapatkan LPG, pemerintah melakukan impor.
"Untuk menghindari defisit, setidakya ekspor berbagai jenis energi harus dikurangi sebesar 19,2 persen," tandasnya. (Mad)