Chavchay Syaifullah: Pencak Silat, Kekuatan yang Menjaga Cinta dan Cegah Kezaliman
Kamis, 21 April 2016 -
MerahPutih Budaya - Seni bela diri merupakan seni yang “pasif”. Seni yang menyimpan jurus-jurus persilatan untuk melakukan “pembelaan” bukan “penyerangan”, meskipun pada akhirnya dipahami bahwa sebaik-baiknya pertahanan adalah penyerangan yang baik. Sebagaimana “pembelaan” maka ia tidak menjadi seni yang “aktif” melakukan provokasi dan agresi, melainkan menunggu tantangan tiba.
“Namun di dalam “pembelaan”, maka seni bela diri berlaku aktif, kreatif, dan ekspresif. Keaktifan seni bela diri ada di dalam kepasifannya. Seni bela diri menjadi aktif, kreatif , dan ekspresif, ketika ia bertolak dari dialektika negatif yaitu kepasifan. Dengan kata lain, seni bela diri itu pasif tapi aktif, diam tapi bergerak, merenung tapi mengalir, merendah tapi menjatuhkan,” jelas Ketua Dewan Kesenian Banten, Chavchay Syaifullah, dalam acara Workshop Silat bertema Seni Tradisi Ganjur, di Gedung Sentra Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (20/4).
Dalam acara yang diselenggarakan oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Tangerang Selatan bekerjasama dengan Dewan Kesenian
Tangerang Selatan (DKTS), hadir antara lain Ketua DKTS Shobie Poer, penggiat budaya Tangsel Babe Sadelih dan Abu Mualimidi, serta tokoh-tokoh perwakilan dari Perguruan Beksi Sang Hyang Putih, Padepokan Guru Muhammad, Padepokan MS Jalan Enam, Padepokan Cingkrik, dan Padepokan Cimande.
Dalam Workshop Silat yang berlangsung selama tiga hari itu, Chavchay menegaskan seni bela diri merupakan unsur kekuatan yang menjaga cinta di tengah kehidupan manusia dan menjaga kebijaksanaan dari bahaya kezaliman.
“Seni bela diri memiliki filsafat seperti halnya bidang seni lainnya. Orang yang mendalami seni bela diri secara baik, maka ia akan seperti padi. Semakin berisi, semakin ia menunduk,” ujar pria yang pernah mendalami seni bela diri Tapak Suci di Pesantren Daar El Qolam, Banten, selama enam tahun.
(Perguruan Pencak Silat Maen Tjingkrik, Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)
Ia menjelaskan di tingkat permukaan, seni bela diri adalah susunan teknik bersifat fisik yang bergerak untuk menjamin keselamatan diri, melalui kemampuan mempertahankan diri melawan penyerang. Namun, pelatihan dan pengajaran seni beladiri, semestinya bertolak dari pemahaman tentang dasar-dasar dari kondisi manusia.
Lebih jauh Chavchay mengatakan bahwa seorang pelaku seni bela diri sejati, tentu dia adalah orang memahami kehidupan dunia dengan penuh kearifan. Seorang pendekar tentu mengerti bagaimana dirinya menghadapi persoalan-persoalan dunia yang datang bak gelombang. Sosok pegiat silat juga orang yang dalam melangkah penuh dengan kalkulasi, dengan pemikiran yang mendalam. Dia pun menjadi orang yang ketika menghadapi masalah tidak bertumpu pada satu solusi, sebab pendekar sejati selalu punya langkah-langkah alternatif, atau semacam jurus-jurus kunci cadangan.
“Terutama dalam melakukan pembelaaan terhadap kepentingan masyarakat, seorang pelaku seni bela diri sejati akan tampil dengan penuh kerendahatian, banyak alternatif pemikiran, dan tegas,” tukas Chavchay.
BACA JUGA
- Jurus Terlarang Perguruan Silat MS Jalan Enam Pengasinan
- Dibantu Anak, Perguruan Silat Misar Siban Terus Berkembang
- Perguruan Silat Misar Niban Jantungnya Silat Betawi Jabodetabek
- Silat Maen Tjingkrig, Seni Bela Diri Betawi yang Masih Lestari