Cegah Nolep, Pemerintah Korsel Siap Berikan Rp 7,3 Juta per Bulan
Jumat, 14 April 2023 -
TERDAPAT satu istilah yang kerap digunakan oleh mereka yang berasal dari Gen Z dan Gen Alpha di media sosial, yakni nolep. Mungkin bagi kamu yang milenial akan ada yang bingung dari istilah ini.
Sebenarnya istilah nolep ini merupakan singkatan dari no life yang di mana menggambarkan seseorang yang dipandang tak memiliki ‘kehidupan sosial’ di luar dunia maya dan lebih memilih berada di dalam kamar serta tenggelam di hobinya.
Istilah nolep di Jepang dikenal juga dengan istilah hikikomori dan menjadi fenomena di banyak negara, salah satunya di Korea Selatan (Korsel).
Permasalahan nolep atau hikikomori di Korsel bisa dikatakan terbilang akut bila terjadi terhadap seseorang. Bahkan ini diperparah ketika dulu pandemi COVID-19 yang semakin mendorong isolasi. Contohnya adalah pemuda bernama Kim Ho-seon.
Baca juga:

Diketahui sejak 2009 ia sudah menjadi seorang hikikomori dan hanya keluar dari kamar ketika akan ke kamar mandi, mengambil pesanan makanan, membeli kebutuhan di kamarnya, atau jika terjepit, ia harus bekerja untuk mencari uang.
Bahkan walau tinggal bersama keluarganya di Incheon, Korea Selatan, Kim hanya bertemu dengan mereka satu bulan sekali.
Pemerintah Korsel tak ingin generasi muda di negaranya semakin banyak yang menjadi nolep seperti yang terjadi terhadap Kim Ho-seon. Oleh karena itulah pada pekan ini, Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korsel memutuskan mengeluarkan kebijakan baru dan menargetkan mereka yang masuk kategori hikikomori.
Sebagaimana dilansir The Japan Times, Kamis (13/4), kebijakan ini akan merangkul mereka yang berusia sembilan sampai 24 tahun, dengan memberikan akses konseling pendidikan serta karier dan bantuan kesehatan.
Tak hanya itu saja, mereka yang dianggap memenuhi syarat, dalam rangka menghilangkan gaya hidup nolep-nya, kementerian itu siap memberikan KRW 650 ribu atau setara dengan Rp 7,3 juta per bulannya bagi generasi mudanya agar mereka bisa mencoba hidup mandiri.
Baca juga:

Kebijakan ini menurut Pemerintah Korsel bertujuan untuk mengembalikan generasi muda yang tertutup ke masyarakat sekaligus mendorong menyusutnya jumlah populasi usia kerja serta rendahnya angka kelahiran.
Angka nolep di Korsel juga terbilang tinggi untuk rentang usia 19-39 tahun yang disinyalir berada di angka 350 ribu orang. Menurut Institut Urusan Kesehatan dan Sosial Korsel, pemicu mereka yang memutuskan hikikomori biasanya ada beragam dengan faktor utamanya adalah kecemasan sosial, stres yang membayangi mereka, serta rasa ketidakamanan ekonomi.
Kebijakan untuk membantu para hikikomori ini hanya berjarak beberapa minggu usai Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengumumkan bahwa pemerintahannya siap mengatasi masalah angka kelahiran serta penurunan produktivitas masyarakatnya. (aru)
Baca juga: