Cadangan Devisa Terbatas, Gejolak Politik Bisa Pengaruhi Intervensi Rupiah
Rabu, 17 April 2024 -
MerahPutih.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (16/4) pagi turun 240 poin atau 1,51 persen menjadi Rp 16.088 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 5 April 2024 sebesar Rp 15.848 per dolar AS atau USD.
Kemudian pada Selasa (16/4) sore, kurs rupiah ditutup merosot 328 poin atau 2,07 persen menjadi Rp 16.176 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 5 April 2024 sebesar Rp 15.848 per dolar AS.
Baca juga:
Cara BI Jaga Kestabilan Rupiah Usai Lebaran dan Memanasnya Konflik di Timur Tengah
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah harus diimbangi dengan kondisi politik yang stabil di dalam negeri.
"BI itu tidak punya cadangan yang besar untuk intervensi, sehingga yang perlu diperhatikan tentu harus melihat bagaimana nanti intervensi BI yang dilakukan itu harus diikuti dengan gejolak politik yang baik di dalam negeri," kata Abdul di Jakarta, Selasa (16/4).
Abdul mewanti-wanti, jangan sampai tren pelemahan nilai tukar rupiah saat ini diperparah dengan gejolak politik yang merugikan sehingga dapat menyebabkan rupiah berpotensi merosot ke level yang lebih rendah.
Pelemahan nilai tukar rupiah di hari kerja pertama pasca-liburan Lebaran ini terjadi seiring dengan konflik Iran dan Israel serta sentimen penundaan pemotongan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Abdul juga mengingatkan bahwa rupiah pada saat ini semakin menjauhi asumsi APBN. Dalam asumsi dasar ekonomi makro pada APBN 2024, pemerintah mematok nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per dolar AS.
Kondisi tersebut akan merugikan bisnis mengingat para pelaku ekonomi menjadikan asumsi APBN sebagai rujukan untuk merencanakan bisnisnya.
"Kalau itu semakin melemah, maka akan merugikan bisnis, khususnya bisnis yang terkait dengan lalu lintas negara, terutama impor bahan baku atau bahan modal yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat lewat peningkatan harga dalam negeri," kata Abdul.
Pemerintah mengklaim, nilai tukar rupiah masih lebih baik daripada ringgit Malaysia dan yuan China. Namun, indeks nilai tukar won Korea Selatan dan bath Thailand lebih baik daripada rupiah.
Baca juga:
Rupiah Anjlok Tembus Rp 16.000, BI Disarankan Naikan Suku Bunga Acuan