BRIN Menjawab Fenomena Cuaca Saat Ini Siang Terik Malam Hujan

Selasa, 14 Mei 2024 - Wisnu Cipto

MerahPutih.com - Fenomena panas terik saat siang hari dan hujan turun saat malam hingga dini hari ternyata merupakan indikasi perubahan musim. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan fenomena itu menunjukkan Indonesia sedang memasuki akhir transisi dari musim penghujan ke kemarau.

"Jadi semakin terik suhu umumnya diikuti hujan di malam hari, walaupun sifat hujannya tidak sebesar pada umumnya saat musim penghujan. Ini adalah indikasi yang biasa terjadi akhir musim transisi pertama," kata Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan di Jakarta, dilansir dari Antara, Selasa (14/5).

Eddy mengaku belum bisa mengetahui secara pasti kapan puncak musim panas akan segera berakhir. Namun, lanjut dia, jika analisis berbasis perilaku data Indian Ocean Dipole (IOD) yang ada di Lautan Hindia, maka khusus untuk kawasan barat Indonesia dan kawasan Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa justru awal terjadinya kondisi panas sudah dimulai sejak April lalu dan terus merangkak hingga mencapai puncak sekitar Juli 2024.

Menurut dia, kondisi ini diperparah dengan mulai berhembusnya angin timuran yang bergerak melintasi kawasan Indonesia seiring dengan bergeraknya posisi matahari meninggalkan garis ekuator sejak 21 Maret, bergerak semu menuju belahan bumi utara. “Jadi, ada indikasi kuat jika kondisi panas ini akan terus berlanjut," kata Eddy.

Baca juga:

BMKG Nyatakan Udara Gerah di Indonesia Bukan dari Gelombang Panas



Selain kondisi uap air di kawasan barat Indonesia yang ditarik ke arah timur pantai timur Afrika juga angin timuran yang berasal dari gurun di bagian utara Australia sudah mulai merangkak memasuki kawasan Indonesia. Gerbang utama yang akan menerima kondisi ini adalah kawasan Nusa Tenggara Timur, diikuti Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, dan seterusnya.

Lebih jauh, Eddy menjelaskan posisi geografis Indonesia yang dua pertiga laut dan sepertiga daratan dengan lima pulau besar dan 17.548 pulau di mana masing-masing pulau menghasilkan konveksi lokal dan konveksi regional yang membentuk awan.

Artinya, lanjut dia, kondisi panas terik siang hari saat ini di Indonesia bukan karena fenomena gelombang panas. "Alhasil kawasan Indonesia relatif aman dari bahaya gelombang panas," tandas Eddy. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan